Turbulensi di Bursa Negara Berkembang Hanya Sesaat

Turbulensi di Bursa Negara Berkembang Hanya Sesaat

INILAH.COM, Hong Kong – Arus modal asing masuk ke pasar berkembang tidak tinggi lagi sejak program Quantitative Easing (QE) ketiga dari The Fed AS.

Namun menurut CEO DBS, Piyush Gupta, turbulensi di pasar negara berkembang merupakan dampak keputusan Federal Reserve AS mengurangi stimulus moneternya dari US$75 miliar per bulan di bulan Februari 2014.

“Mungkin ada beberapa turbulensi jangka pendek dengan keluarnya dana asing di wilayah negara berkembang. Saya prediksi tahun ini negara berkembang akan menyikapinya dengan baik,” katanya seperti mengutip cnbc.com, Sabtu (15/2/2014).

Gupta menilai arus dana asing dari program QE ketiga ke negara berkembang tidak tinggi lagi. “Jika berpikir tentang QE3, menunjukkan 85% dana asing keluar dari ekonomi kami sehingga tidak terlalu besar,” jelasnya.

Dampak keputusan Fed tersebut telah memicu kejatuhan pasar saham di negara berkembang khususnya India dan Indonesia. Kedua negara ini terancam dari aspek anggaran dan current account defisit. Sebab akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan target inflasi.

Sementara DBS pada kuartal keempat 2013 lalu mencatat kenaikan laba 6 persen. Laba bersih periode Oktober sampai Desember 2013 encapai US$634 juta atau 802 juta dolar Singapura dari 760 juta dolar Singapura. Laba mendapat sumbangan dari pertumbuhan pendapatan nonbunga.


Sumber: http://www.inilah.com/rss/feed/pasarmodal/

Speak Your Mind

*

*