Trump Duga China Jadi Manipulator Valas

INILAHCOM, Washington – Departemen Keuangan AS menegaskan tidak ada mitra dagang AS yang memanipulasi mata uangnya untuk mendapatkan keuntungan dalam ekspornya.

Penegasan ini untuk membantah pernyataan calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump yang menuduh China sebagai manipulator mata uang. Dalam daftar 16 mata uang dibawah pemerintahan Presiden Barack Obama, Departemen keuangan memiliki daftar pengawasan dari negara-negara dengan surplus eksternal yang tinggi atau intervensi pasar mata uang, seperti mengutip cnbc.com.

Daftar tersebut diantaranya China, Jepang, Jerman, Korea Selatan dan Taiwan yang diluncurkan pertama kali pada bulan April lalu. Jadi tidak ada enam negara yang memenuhi standar untuk ditingkatkan pengawasan di bawah penegakan hukum perdagangan yang baru disahkan tahun 2015.

Departemen Keuangan AS menegaskan selama 12 bulan terakhir hingga Juni 2016, telah menyimpulkan tidakada mintra dagang utama AS yang melakukan manimulasi kurs antara mata uangnya dengan dolar AS. Walaupun untuk tujuan mencegah keseimbangan yang efektif untuk penyesuaian pembayaran atau memperoleh keunggulan kompetitif yang tidak adil dalam perdagangan internasional.

Trump pada bulan Juni mengancam jika terpilih menjadi presiden ia akan segera menginstruksikan Menteri Keuangan saya untuk menyebut China sebagai manipulator mata uang. Instruksi ini seharusnya sudah dilakukan tahun lalu.

Namun berdasarkan kriteria untuk daftar monitoring mata uang, Departeman Keuangan AS mengatakan kinerja China benar-benar membaik sejak laporan April lalu. Sekarang hanya memenuhi salah satu dari tiga kriteria, yang US$356 miliar surplus perdagangan barang secara bilateral dengan AS.

Surplus China saat ini turun di bawah ambang batas tiga persen dari produk domestik bruto. Jadi belum terlibat dalam persisten intervensi sepihak meskipun yuan mengalami dua kali devaluasi. Bahkan Departeman Keuangan AS mengatakan China telah mengabiskan lebih dari US$570 miliar dari aset devisanya untuk menjaga yuan dari depresiasi lebih lanjut dalam setahun terakhir hingga Agustus.

China berpotensi didrop dari daftar monitoring Treasury April mendatang jika surplus transaksi berjalan masih di bawah ambang batas. Jika tidak ditemukan pembelian valas untuk menghentikan kenaikan yuan.

Treasury mengatakan Jerman, Jepang dan Korea Selatan tetap dalam daftar monitoring karena surplus transaksi berjalan dan surplus perdagangan bilateral yang dignifikan dengan AS. Korea telah melakukan intervensi di pasar Valas denga dua cara untuk mencegah won dari depresiasi dan kemudian untuk membatasi kenaikan terhadap dolar AS.


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*