Tren harga minyak masih menukik

JAKARTA. Setelah turun empat hari beruntun, harga minyak WTI perlahan rebound meninggalkan level terendah sejak 12 tahun terakhir. Namun analis menduga, kenaikan harga ini hanya sementara dan belum mengubah tren bearish harga minyak.

Mengutip Bloomberg pada Rabu (10/2), harga minyak WTI kontrak pengiriman Maret 2016 melesat 2,07% ke US$ 28,52 per barel dibandingkan hari sebelumnya. Tapi harga sudah tergerus 11,67% dalam sepekan.

Analis PT Finex Berjangka Nanang Wahyudin mengatakan, harga rebound setelah ada sinyal negosiasi antar negara produsen. Iran yang siap membuka keran ekspor minyak bersedia bernegosiasi dengan Arab Saudi karena mempertimbangkan harga minyak saat ini.

“Jangka pendek, ini cukup menopang pergerakan harga,” kata Nanang. Selain itu, ada aksi bargain hunting yang dilakukan oleh pelaku pasar karena harga sudah terlampau rendah.

Pasar juga sedang mengantisipasi testimoni Janet Yellen, Gubernur The Fed pada Rabu (10/2) malam. Sikap wait and see ini memberi ruang bagi harga minyak untuk naik saat USD tidak prima.

Suplai berlimpah

Kenaikan harga bisa dengan cepat berganti koreksi lagi. Analisa Nanang, sulit bagi minyak mengubah tren bearish. Sebab, produksi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) dan AS masih tinggi. Sementara permintaan tidak bergerak signifikan.

Laporan Energy Information Administration (EIA) menyebutkan, produksi minyak dari tujuh tambang minyak utama AS di Februari 2016 akan meningkat ke level 5,02 juta barel per hari. Padahal pada Januari 2016 masih 4,83 juta barel per hari.

Senada, Nizar Hilmy, Analis SoeGee Futures, mengatakan, sebelum ada kesepakatan pemangkasan produksi oleh OPEC, harga minyak WTI masih akan tenggelam. Sebab, kini suplai minyak masih membanjiri pasar.

Stok minyak di Cushing, Oklahoma, pelabuhan pengiriman minyak terbesar di AS sebesar 64,2 juta barel dalam sepekan yang berakhir pada 15 Januari 2016. Itu merupakan level tertinggi sejak 2004.

Sedangkan secara keseluruhan, stok minyak AS bulan lalu naik ke atas 500 juta barel per hari yang merupakan level tertingginya sejak 1930. “Tidak hanya AS yang kelebihan produksi, OPEC pun terus melewati target produksinya,” imbuh Nizar.

Produksi minyak OPEC mencapai 32,6 juta barel per hari di Januari 2016 atau naik 1,7 juta barel per hari dibandingkan Januari 2014. Wajar jika Goldman Sachs Group Inc memprediksi harga minyak WTI bisa koreksi ke level US$ 20 per barel.

Secara teknikal, Nizar bilang, harga di bawah moving average (MA) 25 mengindikasikan tren turun. Garis MACD di area negatif atau minus 1,1 berpola downtrend. Sejalan, stochastic level 20 dan RSI level 38, keduanya menukik.

Prediksi Nizar, harga minyak Kamis (11/2) cenderung koreksi ke US$ 27,00–US$ 30,00 dan sepekan US$ 27,00–US$ 32,00 per barel. Nanang menebak harga sepekan US$ 25,00–US$ 31,00 per barel.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*