TINS Terus Tertekan Harga Timah

INILAHCOM, Jakarta – Harga saham emiten logam PT Timah Tbk (TINS) sejak awal tahun ini bergerak dalam tren bearish seiring dengan tekanan harga komoditas timah yang telah anjlok hingga US$17000/MT pekan kemarin.

Menurut riset harian First Asia Recapital, yang dipublikasikan di Jakarta Rabu (25/3/2015). harga logam timah awal tahun ini masih ditransaksikan di US$19.600/MT. Dibandingkan dengan harga saham TINS akhir 2014 lalu di Rp1.230, harga sahamnya saat ini di Rp945-975 telah terkoreki lebih dari 20 persen.

“Anjloknya harga timah dunia terutama dipicu ketimpangan antara suplai dan permintaan yang cenderung tertekan menyusul perlambatan ekonomi global terutama China. Tren penguatan dolar AS juga turut menekan pergerakan harga komoditas berbasiskan dolar AS,” ungkapnya.

Sebagai upaya untuk mengembalikan harga timah dunia ke level normal, TINS dan 21 perusahaan timah di Bangka Belitung telah menyepakati pengurangan ekspor timah mulai April mendatang menjadi hanya 4500 ton per bulan dengan jatahnya TINS sebanyak 2500 ton per bulan.

Diharapkan dengan pembatasan ekspor tersebut harga timah dunia bisa bergerak ke level US$20.000-US$23.000 per ton. Untuk jangka pendek, kebijakan ini akan menurunkan kinerja TINS karena volume penjualan menyusut.

Masih menurut Firs Asia Capital, katalis pergerakan harga sahamnya dalam waktu dekat adalah rencana pembagian dividen tunai tahun buku 2014 yang diperkirakan bisa mencapai 40%. Tahun lalu perseroan membagikan dividen tunai sebesar 55% laba bersih atau sebesar Rp56,29 per saham. Untuk tahun buku 2014, bila dividen sebesar 40% laba, maka potensi dividen tunai sebesar Rp34,4 per saham. Pada harga saat ini di Rp975, pemodal berpeluang mendapatkan dividen yield sebesar 3,5%.

Tahun ini di tengah masih melambatnya pertumbuhan ekonomi global, pendapatan perseroan berpeluang turun apabila harga timah dunia tidak mampu mencapai harga rata-rata US$20.000/MT. Ini karena perseoran akan cenderung menurunkan volume penjualannya.

Dengan asumsi penjualan logam timah sebesar 25 ribu ton tahun ini dan harga jual rata-rata di US$20 ribu/MT maka peluang pendapatan akan mencapai Rp6,4 triliun dengan kurs di Rp12800/US dolar.

“Di bottom line, apabila langkah efisiensi bisa dilaksanakan dengan dukungan turunnya biaya energi menyusul turunnya harga minyak mentah dunia, dengan marjin 8,6% maka laba bersih diperkirakan mencapai sekitar Rp550 miliar atau turun 13,8%. Earning per share (EPS) 2015 diperkirakan hanya Rp73,85,” jelasnya.

Jika dilihat dari harga saham TINS kemarin di Rp970, saham ini ditransaksikan dengan price earning (PE) 13,2 kali (E/15). Dengan kondisi pasar bullish harga saham TINS berpeluang ditransaksikan dengan PE 15,5 kali atau mencapai Rp1145.

Ini mencerminkan ruang penguatan 18% dari harga saat ini. Secara technical saat ini level support di kisaran Rp960 hingga Rp970. “Sedangkan peluang rebound akan menguji resisten terdekat di kisaran Rp1000 hingga Rp1025. Saat ini pergerakan harga TINS tengah konsolidasi di area downtrend. Maintain Buy, SL 950,” ungkapnya. [mdr]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*