Tingkatkan Produksi Gula, Menperin Siapkan Strategi Efisiensi


shadow

FINANCEROLL – Jakarta,  Pemerintah bertekad meningkatkan produksi gula agar kebutuhan nasional terpenuhi. Apalagi, gula merupakan salah satu bahan pangan kebutuhan pokok sesuai UU nomor 18 tentang Pangan.

Guna mencapai ketersediaan gula, Kementerian Perindustrian menyiapkan strategi jitu. Garis besarnya meliputi efisiensi pabrik dan perluasan lahan tebu alias ekstensifikasi.

“Pertama, pabrik gula yang ada, khususnya milik BUMN harus diefisienkan. Caranya dengan mengurangi jumlah PG di Pulau Jawa yang kemudian dipilih beberapa pabrik yang potensial untuk ditingkatkan kapasitas menjadi di atas skala perekonomian yaitu lebih dari 6.000 ton tebu per hari,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husein, saat rapat kerja di Ruang Rapat Komisi VI, Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (6/4/2015).

Efisiensi itu didukung program modernisasi mesin dan peralatan, automatisasi, serta program intensifikasi lahan. Kedua, perlu segera dikembangkan perkebunan tebu baru dan dibangun pabrik baru yang diarahkan di luar Pulau Jawa dengan kapasitas besar yaitu minimal 10.000 ton tebu per hari.

Kapasitas sebesar itu, imbuh Menperin, agar dimungkinkan memproduksi listrik dari ampas tebu dan industri bioethanol. Tujuannya agar makin efisien dan mampu bersaing dengan produsen luar negeri.

Saleh Husin juga memaparkan kebutuhan gula nasional diperkirakan 5,7 juta ton. Rinciannya 2,8 juta ton merupakan Gula Kristal Putih (GKP) untuk konsumsi masyarakat langsung dan 2,9 juta ton Gula Kristal Rafinasi (GKR) untuk industri.

“Kebutuhan gula per tahun naik 6 persen. Bahkan untuk tahun 2015, diperkirakan 9 persen,” tambah Menperin.

Saat ini, GKP diproduksi oleh 62 pabrik gula yang terdiri dari 50 unit milik BUMN dan sisanya swasta. Sayangnya 69,4 persen pabrik milik BUMN berkapasitas kecil atau di bawah 4.000 ton per hari.

Begitu juga dengan usia pabrik. Sebanyak 64,5 persen pabrik gula berumur lebih dari 100 tahun. “Jumlah karyawan sangat banyak, satu pabrik lebih dari 1000 orang namun setahun hanya beroperasi 150 hari. Sehingga efisiensi dan mutu gula rendah,” ujar Menperin.

Antisipasi Dampak

Namun, Menperin juga tidak menutup mata program efisiensi bakal memiliki dampak. Permasalahan yang pertama yaitu akan ada pengurangan tenaga kerja (PHK) yang dapat menimbulkan masalah sosial politik.

Lalu soal kebutuhan tambahan modal. Menperin menghitung, dibutuhkan sekitar USD 15 ribu sampai USD 20 ribu setiap kenaikan kapasitas giling satu ton tebu per hari (TCD) atau sekitar Rp 450 miliar untuk kapasitas giling 2.000 TCD.

“Waktu pelaksanaan pekerja tidak bisa diselesaikan dalam satu tahun, biasanya tiga sampai empat tahun,” kata Saleh. Selain itu, perkebunan tebu di Pulau jawa sebagian besar milik rakyat maka tidak mudah melakukan program intesifikasi.

Untuk mengantipasi dampak, pihaknya perlu melakukan kebijakan untuk program pengurangan pabrik gula di Pulau Jawa dan restrukturisasi pabrik. “Pertama, perlu sosialisasi yang benar dan diberikan Golden Shake Hand bagi karyawan pabrik gula yang di-PHK,” ujar Menperin.

Kedua, restrukturisasi mesin dan peralatan harus diikuti pula dengan restrukturisasi tenaga kerja dan penguatan manajerial. Lantas yang ketiga, secara simultan harus dialokasikan anggaran untuk revitalisasi intensifikasi pertanian tebu (on-farm).

Khusus untuk pembangunan pabrik gula baru dan ektensifikasi lahan, program  ini perlu menyiasati sulitnya mendapatkan lahan yang cocok dengan agroklimat tebu. Juga diperlukan area perkebunan tebu sekitar 20 ribu ha untuk memasok tebu bagi satu unit pabrik gula dengan kapasitas 10 ribu Ton Cane Per Day (TCD).

Saleh Husin juga mengingatkan, pendirian pabrik gula baru harus terpadu dengan pabrik tebu seperti diatur pada Perpres No. 36 tahun 2010. Investasi pendirian pabrik juga sangat besar sekitar Rp1,5 triliun-Rp 2 triliun untuk kapasitas giling 10.000 TCD.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Comments

  1. menurut saya strategi dari menteri industri ini sangat baik ya mengingat gula termasuk komoditi utama masyarakat indonesia sebagai pelengkap makanan atau minuman mereka ,jika gula mudah didapatkan maka akan berdampak positif bagi kelangsungan hidup sehari hari masyarakat indonesia.

Leave a Reply to supino Cancel reply

*

*