Tiga Faktor Perkuat Rupiah Sepekan Terakhir

Tiga Faktor Perkuat Rupiah Sepekan Terakhir

INILAH.COM, Jakarta – Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah menguat 0,57% seiring kenaikan suku bunga LPS, optimisme kenaikan cadangan devisa Asean, dan dispensasi penerapan UU Minerba.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia, dalam sepekan terakhir, rupiah menguat 70 poin (0,57%) ke posisi 12.127,00 pada 17 Januari 2014 dibandingkan akhir pekan sebelumnya di level 12.197 pada 10 Januari.

Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities mengatakan, laju nilai tukar rupiah kembali menghijau sepanjang pekan terakhir. “Laju rupiah menguat cukup signifikan setelah pelaku pasar masih merespons banyaknya sentimen positif di awal pekan,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Minggu (19/1/2014).

Sentimen-sentimen positif tersebut, di antaranya adalah rilis kenaikan suku bunga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebesar 25 basis poins dan pemberitaan optimisme kenaikan cadangan devisa di negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia.

Selain itu, apresiasi rupiah turut ditopang oleh dimulainya penerapan UU larangan ekspor mineral mentah yang tidak terlalu mendapat respons negatif. Sebab, ada dispensasi dari pemerintah untuk perusahaan yang berkomitmen mengembangkan smelter dan rilis melemahnya data nonfarm payrolls AS.

Akan tetapi, lanjut Reza, laju rupiah kembali melemah setelah terimbas penguatan dolar AS. Penguatan mata uang Paman Sam ini merespons pernyataan beberapa petinggi The Fed negara bagian AS. Antara lain, petinggi The Fed dari negara bagian Atlanta, Philadelphia, dan Dallas, yang sangat menginginkan melanjutkan kebijakan tappering off.

Apalagi, kata Reza, dengan rilis kenaikan di atas estimasi pertumbuhan retail sales, chain store sales, dan business inventories AS membuat laju dolar AS terapresiasi. “Positifnya rilis data AS berupa kenaikan NY empire state manufacturing index dan MBA mortgage application serta laporan Beige book The Fed menambah sentimen positif bagi dolar AS dan tentu saja membuat rupiah kembali terkapar,” papar dia.

Belum lagi dengan laju yen Jepang yang masih melemah hingga akhir pekan dengan rilis data-data Jepang yang kurang baik.

“Nasib serupa terjadi pada mata uang poundsterling dan euro yang sedikit melemah dengan adanya rilis kenaikan inflasi Jerman dan penurunan balance of trade Italia. Akibatnya, laju mata uang dolar AS semakin menguat,” imbuhnya. [jin]


Sumber: http://www.inilah.com/rss/feed/pasarmodal/

Speak Your Mind

*

*