Tiga Alasan Harga Minyak Dunia Kembali di Atas US$ 50 per Barel

Jakarta -Harga minyak dunia kembali naik pekan lalu, menembus kembali harga psikologis US$ 50 per barel setelah anjlok ke titik terendahnya Agustus lalu.

Pada perdagangan Jumat lalu US Crude Futures naik 2% ke harga US$ 50,50. Padahal sebelumnya banyak analis yang memprediksi harga minyak bisa jatuh hingga US$ 20.

Jadi sebenarnya apa yang terjadi sehingga situasinya tiba-tiba berubah? Setidaknya ada tiga alasan, seperti dikutip dari CNN, Senin (12/10/2015).

1. Konflik Geopolitik
Ketegangan yang terjadi di Timur Tengah, wilayah penghasil minyak terbesar, membuat harga minyak melambung.

Rusia pekan lalu meluncurkan operasi militer di Suriah, pertanda dimulainya kerja sama militer antara negeri Beruang Merah dengan Pemerintah Suriah pimpinan Presiden Bashar al-Assad. Negara barat tidak senang dengan keputusan Rusia ini.

Investor khawatir memanjangnya konflik di Timur Tengah akan mempengaruhi produksi dan transportasi minyak. Apalagi laporan adanya rudal Rusia yang nyasar dan jatuh di Iran membuat investor semakin ketakutan.

2. Hasil Pertemuan The Fed
Hasil pertemuan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menunjukkan tidak ada kenaikan tingkat suku bunga tahun ini. Keputusan ini langsung membuat dolar AS keok terhadap berbagai mata uang di dunia.

Lemahnya dolar AS membuat harga-harga komoditas naik sebab semakin terjangkau oleh banyak negara, termasuk minyak dunia.

3. Produksi Minyak AS Turun
Produksi minyak AS turun 120.000 barel per hari (BPH) di September dibandingkan posisi Agustus. Produksinya juga akan terus turun sampai pertengahan tahun depan.

Sebaliknya, permintaan minyak di AS terus naik, bahkan tahun depan diprediksi akan sangat tinggi.

(ang/ang)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*