The Fed Hambat Kenaikan Harga SUN

Jakarta – Harga surat utang negara (SUN) diprediksi menguat terbatas pada perdagangan pekan ini. Pasalnya, pasar surat utang domestik masih akan tertekan oleh sentimen The Federal Reserve (The Fed) terkait pengurangan stimulus dan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat. Adapun imbal hasil (yield) SUN bertenor 10 tahun diperkirakan bergerak pada kisaran 8,05-8,35%.

Analis Millenium Danatama Asset Management Desmon Silitonga mengatakan, pasar SUN dan obligasi terapresiasi oleh penguatan nilai tukar rupiah dan Jokowi Effect pekan lalu. “Saat ini, pasar SUN menghadapi tekanan dari kebijakan baru The Fed, sehingga penguatannya terbatas,” ujar Desmon kepada Investor Daily di Jakarta, akhir pekan lalu.

Desmon menilai, keputusan The Fed mengurangi stimulus dan akan menaikan suku bunga acuan pada 2015 dan 2016 telah mempengaruhi hampir semua pasar obligasi Asia. Suku acuan The Fed memiliki magnitude lebih besar dan lebih cepat dari yang direncanakan sebelumnya.

“Namun, minat investor belum surut pada pasar SUN. Asing masih mengakumulasi SUN, karena, yield yang menarik,” tegas dia.

Hal Senada diungkapkan oleh pengamat pasar modal dari PT Bank CIMB Niaga Tbk Oktavia Wijaya. Menurut dia, pergerakan harga SUN cenderung terbatas. Sedangkan yield diperkirakan bergerak pada kisaran 20 basis poin (bps). “Pasar SUN minim sentimen. Pasar masih menunggu rilis data trade balance dan inflasi,” ujar dia.

Dari luar negeri, dia menuturkan, pelaku pasar perlu memperhatikan US consumer confidence yang diperkirakan akan naik. Selain itu, jobless claims dan data properti AS. “Data-data tersebut akan menjadi pertimbangan The Fed dalam melakukan tapering,” ujar dia.

Namun, kata Oktavia, pasar telah mengantisipasi bahwa The Fed akan konsisten melakukan pengurangan stimulus. Pelaku pasar akan melirik seri SUN benchmark, terutama tenor panjang seperti tenor 10 tahun FR70, 15 tahun FR71, dan 20 tahun FR68.

“Seri obligasi korporasi yang menjadi pilihan yaitu seri multifinancing Astra Sedaya Finance, FIF. Namun, belakangan ini investor kelihatan tertarik dengan obligasi non-multifinancing, terutama, yang bertenor pendek,” imbuhnya.


Distribusi: BeritaSatu – Pasar Modal

Speak Your Mind

*

*