Tema Pasar Investasi 2017, dari Global ke Indonesia

Memasuki tahun 2017, akan seperti apa perkiraan dinamika pasar investasi di depan kita, sejalan dengan proyeksi ekonomi global yang akan datang. Apa saja tema utama pasar investasi di tahun 2017?

Salah satu yang kerap jadi perhatian pelaku pasar, misalnya dengan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika yang ke-45, seperti apa pengaruh kebijakannya terhadap pasar di Amerika dan global? Tentu juga, bagaimana dampaknya terhadap dinamika pasar investasi di emerging market, termasuk Indonesia?

Tahun 2016 merupakan tahun yang cukup padat dengan aneka peristiwa penting. Dimulai dengan concern pasar akan restrukturisasi perekonomian China dan ditutup dengan pemilu presiden AS yang penuh kontroversi, serta berita heboh Brexit di tengahnya. Melihat pergerakan pasar yang telah terjadi, ternyata para investor yang terseret perhatiannya dengan isyu negatif berbagai persitiwa geopolitik dan berpikir itu negative pengaruhnya malah terpeleset mengalami kerugian, sementara kenyataannya banyak asset investasi yang menanjak positif naik. Volatilitas pasar jangka pendek bukan merupakan penentu tren pergerakan pasar selanjutnya. Itu yang perlu diperhatikan para investor, mempelajari dinamika pasar di tahun 2016.

Bagaimana dengan perkiraan pasar di tahun 2017 ini? Di antara berbagai pandangan global, salah satu yang menarik dan kiranya dapat diuraikan di sini adalah laporan analisis dari Wells Fargo Investment Institute (WFII) yang melihat ada empat tema besar yang akan mewarnai perekonomian dan pasar investasi global di tahun 2017 (Global Finance, 27-12-2016).

Empat Tema Besar

Hal yang pertama adalah apa yang disebut WFII sebagai pemulihan yang terbagi (“the divided recovery”) yang menunjukkan meningkatnya politik yang bersifat populis di tahun 2016. Seperti halnya di Amerika, Presiden terpilih Trump menjanjikan “America great again”. Beberapa dari janji kampanyenya mungkin saja mendongkrak pertumbuhan ekonomi, namun sekaligus juga berisiko untuk memasuki era kenaikkan inflasi dan tingkat bunga. Proteksi perdagangan mungkin melindungi beberapa industri AS, tetapi berpotensi juga mengganggu industri yang bergantung kepada rantai pemasokan internasional.

Para investor disarankan untuk tetap menjaga diversifikasi portfolio investasinya. Jika pertumbuhan ekonomi melesat, asset saham tentunya akan cemerlang. Bila ketidakstabilan politik yang terjadi, investasi obligasi harusnya akan tetap menarik. Sentimen negatif dapat terjadi kapan saja bahkan pada saat ekonomi sedang stabil, sehingga rebalancing portfolio tetap diperlukan dari waktu ke waktu. Lalu, bila terjadi inflasi, sebagaimana diperkirakan sejalan dengan kebijakan fiskal Trump, asset obligasi  utang korporasi yang sehat dapat menjadi pilihan.

Tema berikutnya terkait dengan pertumbuhan ekonomi, dan satu isyu penting adalah keseimbangan antara kebijakan moneter dan fiskal di Amerika. Intervensi dari the Fed sebagai bank sentral nampaknya akan berkurang untuk stimulasi pertumbuhan. Trump sebagaimana pernah disampaikan dalam kampanyenya menjanjikan anggaran US$1 triliun untuk infrastruktur.  Laporan WFII menyebutkan, sementara investasi pada infrastruktur dapat mendongkrak sektor industrial dan IT, di sisi lain perlu diantisipasi kemungkinan risiko resesi di tahun 2017 karena meningkatnya utang dan laju inflasi.

Terhadap kemungkinan ancaman resesi dan inflasi yang datangnya dari Amerika, penulis melihat bagi pasar emerging ini layak diwaspadai karena dikuatirkan menjadi virus resesi yang berjangkit ke seluruh dunia. Dimulai dari penurunan atau pembatasan impor Amerika yang bakal mengganggu kinerja ekspor Indonesia, misalnya. Sementara China belum bisa diharapkan untuk kembali menjadi motor pertumbuhan ekonomi global di tahun 2017 ini.

Tema ketiga yang diusung adalah apa yang disebut WFII sebagai investor tangkas (“the agile investor”). Menurut laporan ini, kelompok asset investasi utama –fixed income, equities serta commodities— dapat mendorong munculnya sejumlah tren baru, seperti teknologi baru, energy alternatif, atau populasi yang berkembang. Ini dapat memunculkan kelompok fund managers yang aktif dengan peluang keuntungan kembali pada kelompok dana pasif (portfolio yang tidak perlu dikelola secara aktif). Dalam hal ini WFII tetap merekomendasikan investor untuk memegang campuran antara investasi aktif dan investasi pasif. Di samping itu perlu sebagian porsi portfolio dalam cash atau ekuivalen kas sebagai modal dana jika muncul peluang investasi yang terbuka.

Tema terakhir yang dilihat WFII bakal muncul di tahun 2017 adalah pergeseran demografi pada angkatan kerja dengan pensiunnya kelompok baby boomers. Menurut laporan, akan terjadi transfer kekayaan yang sangat masif, diperkirakan bernilai sekitar US$30 triliun untuk periode 30 sampai 40 tahun ke depan dengan dana mengalir dari generasi tua kepada generasi muda. WFII berpandangan diperkirakan bakal terjadi realokasi asset dari obligasi kepada asset pertumbuhan seperti saham. Pergeseran demand ini akan mendongkrak harga saham di tahun-tahun mendatang. Namun demikian, obligasi masih tetap memiliki demand yang kuat karena kelompok investor tua tetap lebih investasi di asset pendapatan (income-generating assets).” Diproyeksikan juiga bahwa kelompok investor millennials akan lebih cenderung memanfaatkan platform investasi online, termasuk rekomendasi robotic, dibandingkan dengan orang tua mereka yang cenderung memanfaatkan orang sebagai penasehat investasi tradisional.

Tantangan di Indonesia

Tantangan ekonomi tahun 2017 ini datang dari luar negeri –sebagaimana diuraikan di atas- serta dari domestik yang akan dihadapi pemerintah Indonesia, di antaranya risiko fiskal. Penyebabnya adalah shortfall atau kekurangan penerimaan perpajakan dan penghematan anggaran sejak tahun sebelumnya. Kondisi ini bisa menyebabkan semakin terbatasnya ruang fiskal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi 2017. Risiko domestik lainnya yaitu aktivitas investasi swasta yang berjalan lambat. Ini akan berdampak pada berlanjut rendahnya pertumbuhan kredit perbankan dan potensi meningkatnya kembali kredit macet atau Non Performing Loan (NPL).

Bappenas nampaknya telah siap mengantisipasi risiko-risiko itu. Bappenas disebutkan telah menyusun empat langkah alternatif kebijakan. Pertama, pelonggaran kebijakan moneter, seperti penurunan suku bunga untuk mendorong aktivitas perekonomian karena terbatasnya stimulus fiskal. Kedua, pemanfaatan dana repatriasi untuk disalurkan menjadi investasi di sektor rill. Ketiga, reformasi struktural yang perlu untuk dilanjutkan, terutama melalui paket kebijakan ekonomi. Keempat, realisasi dan percepatan proyek pembangunan infrastruktur pemerintah.

Prospek Tahun Ini

Menyikapi akan tema global investasi tahun 2017, diperkirakan investasi di pasar saham akan terus marak. IHSG telah berhasil tumbuh 15,32 persen sepanjang 2016. Dibandingkan tahun sebelumnya, rata-rata nilai transaksi harian di 2016 tumbuh 30,03 persen. Begitu pula dengan volume transaksi hariannya, rata-rata tumbuh 31,36 persen. Kapitalisasi pasar pun ikut naik 18,18 persen.`Di tahun ini, dengan dorongan sentimen ekonomi dari Wall Street yang akan pro growth serta meningkatnya demand terhadap investasi pasar modal, IHSG diperkirakan bakal menembus level 6000. Angka konservatifnya kemungkinan di sekitar 5800.

Dedikasi dan komitmen Pemerintahan Presiden Jokowi terhadap proyek-proyek infrastruktur tidak perlu diragukan lagi. Kesenjangan antar pulau juga akan terus diatasi, sehingga pembangunan akan terlihat lebih “Indonesia Centris”, dibandingkan periode-periode sebelumnya yang cenderung berpusat di Jawa dan Indonesia belahan Barat saja. Proyek-proyek mega infrastruktur akan terus dikejar untuk selesai sebelum 2019. Emiten-emiten yang terkait dengan ini diprediksi akan mentereng.

Kemungkinan besar di tahun 2017 ini, melihat arah pengembangan ekonomi belakangan ini, sektor-sektor yang potensial diinvestasikan di pasar modal adalah sektor konsumen, properti, dan konstruksi. Kemungkinan juga emiten-emiten pertambangan yang mulai bangkit tahun lalu akan semakin kemilau tahun ini. Permintaan batubara akan meningkat, seiring dikejarnya proyek listrik 35.000 megawatt.

Diversifikasi Penting

Di antara peluang, terdapat juga risiko pasar. Salah satunya adalah kemungkinan naiknya suku bunga acuan Bank Sentral Amerika atau Fed Fund Rate (FFR), diperkirakan sebesar 50 sampai 75 basis poin tahun ini. Jika ini terjadi, maka dipastikan dana asing yang selama ini bersarang di bursa Indonesia, akan balik terbang ke Amerika. Tentunya ini bisa menekan laju IHSG.

Diversifikasi portfolio sangat perlu diperhatikan para investor domestik kita. Penulis menyarankan agar investor tetap menjaga portfolio asetnya, dari yang jangka panjang seperti properti –karena properti berprospek bertumbuh lebih menarik dibandingkan tahun lalu, jangka menengah dan relatif aman seperti obligasi –karena disebutkan demand aset ini masih tetap baik secara global, serta kelompok asset pertumbuhan seperti saham –karena laju pertumbuhannya yang akan semakin membaik.

Investasi berbasis komoditas, seperti emas dan perak, jangan ditinggalkan. Dengan adanya risiko resesi global yang mengintip, emas akan ternyata kembali sebagai salah bentuk investment-hedging yang terbukti. Terakhir, dijaga juga adanya porsi cash atau ekuivalen-nya. Selain sebagai bentuk investasi minim risiko, cash dibutuhkan sekiranya muncul potensi asset investasi lainnya di tahun ini. Bukankah kesempatan tidak datang dua kali?

Terutama bagi Anda, investor millennial, bersiaplah menjadi agile investor. Investor yang tangkas, cekatan, dan aktif masuk keluar pasar secara strategis, bukan asal tebak. Investasi derivative di pasar uang, yang bersifat online, bahkan dengan alternatif robotic-nya, tersedia secara leluasa. Risiko pasti ada, tetapi keahlian aplikasi manajemen risiko, baik secara teknis maupun psikologis, dalam strategi investasi akan dapat memberikan return yang menarik, di atas rata-rata pasar dari aset investasi basic di atas.

Prinsip high risk, high return dalam invetasi memang ada dan nyata. Bagi penulis, pada akhirnya tergantung kecekatan kita dalam mengelolanya. Dalam hal ini, pengetahuan pasar yang lengkap dan updated harus dimiliki oleh para investor cerdas. Seperti Anda.

By Alfred Pakasi ,

CEO Vibiz Consulting
Vibiz Consulting Group


Distribusi: Vibiznews

Speak Your Mind

*

*