Tekanan Jual Masih Kuat, Pasar Uang Domestik Bergerak Variatif


shadow

Financeroll – Tertekannya  nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) disebabkan karena menguatnya ekonomi di Amerika. Akibatnya, dolar AS menguat terhadap beberapa mata uang di dunia.  Penyebab dolar AS menguat karena perekonomian Amerika yang semakin membaik. Selain itu anjloknya mata uang Rubel Rusia hingga 50 persen juga mendorong penguatan dolar AS.

Ekonomi AS membaik bisa dilihat dari tingkat pengangguran yang menurun. Job opening-nya juga naik. Jadi pemulihannya nyata, sehingga kenaikan suku bunga sungguh benar-benar terjadi.  Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu (17/12)  sore bergerak menguat sebesar tujuh poin menjadi Rp 12.718 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 12.725 per dolar AS, menyusul adanya intervensi secara intensif dari Bank Indonesia (BI).  Sementara IHSG setelah sempat naik cukup tinggi hingga ke level 5.059, langsung bergerak datar. Tekanan jual investor asing masih kencang.

Menutup perdagangan Sesi I, IHSG menguat tipis 4,020 poin (0,08%) ke level 5.030,048. Laju penguatannya tertahan oleh aksi jual investor asing.   Saham-saham unggulan yang sudah anjlok dalam beberapa perdagangan terakhir kini jadi incaran investor. Saham perbankan dan pertambangan naik cukup tinggi.

Pada akhir perdagangan, Rabu (17/12), IHSG ditutup bertambah 9,621 poin (0,19%) ke level 5.035,649. Sementara Indeks unggulan LQ45 ditutup tumbuh 2,711 poin (0,31%) ke level 864,794.  Transaksi investor asing di seluruh pasar tercatat melakukan penjualan bersih (foreign net sell) tipis senilai Rp 52,898 miliar. Tapi jika dilihat di pasar reguler saja, penjualannya mencapai Rp 897,68 miliar. {geng]


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*