Tanda-Tanda Perlambatan Ekonomi China Makin Jelas

Tanda-tanda melemahnya permintaan barang komoditas dari China seakan sudah memberikan gambaran perlambatan perekonomian ekonomi yang memicu aksi jual mata uang, saham, batubara, tembaga, dan bijih besi di negara itu.

Aksi jual ini mengguncang pasar di seluruh Asia. Pasar saham Jepang, Nikkei mengalami penurunan terbesar yaitu 2,6 persen. Sementara nilai mata uang Yuan yang diperdagangkan secara bebas di luar daratan China, turun ke level terendah dalam delapan bulan terakhir.

“Adanya perlambatan pertumbuhan dan naiknya tingkat risiko, saya pikir telah menyebabkan kalibrasi ulang portofolio. China sudah tidak lagi menjadi penyelamat ekonomi dunia karena perlambatannya itu,” kata Matthew Sherwood, kepala penelitian Perpetual Investments.

Pedagang bijih besi mengatakan, harga turun 6 persen dan stok terus meningkat di pelabuhan China. Hal ini disebabkan adanya penurunan ekspor dan pengetatan kredit yang membuat banyak pabrik baja enggan untuk menambah persediaan.

“Penurunan yang nyata dari ekspor dan peningkatan stok bijih besi yang signifikan di pelabuhan China telah memicu kekhawatiran bahwa tempat cargo di China bisa menghadapi tekanan yang berkepanjangan. Akibatnya, konsumen telah menahan diri untuk melakukan pembelian langsung dengan harapan akan ada penurunan lebih lanjut” kata Kash Kamal, seorang analis dari Sucden Financial.

Harga tembaga tercatat turun 3 persen di tengah kekhawatiran bahwa persediaan akan membanjiri pasar jika perusahaan logam menganggap pembelian tembaga memberikan banyak resiko. Logam ini terlihat menumpuk di gudang-gudang di China karena permintaan dari produsen yang melambat. Selain itu, banyak dari tembaga itu disimpan untuk digunakan sebagai jaminan atas pinjaman.

“Seperti di Port Grand Canal Utara, stasiun batubara di sana rusak dan tidak ada aktivitas. Sekarang semua hal berjalan tidak begitu baik, harga batubara sangat tidak stabil,” kata Meng Fanqiang, seorang manajer di pelabuhan.

Di samping itu, pasar saham China tahun ini juga dianggap menjadi salah satu pemain terburuk di dunia dengan penurunan 5,6 persen, merosot ke tingkat terendah dalam hampir delapan bulan terakhir.

“Pesimisme menyerap setiap sudut pasar saham saat ini. Yuan kembali melemah terhadap dolar AS sebesar 0,1 persen di Shanghai dan turun 1,5 persen tahun ini. Penurunan tersebut merupakan pembalikan stabilnya nilai Yuan di tahun lalu,” kata Tangyue Yanglin, penasihat investasi senior dari Everbright Securities.

Kekhawatiran terhadap ekonomi tentang sudah meningkat setelah di akhir pekan pemerintah negara tersebut mengatakan ekspor turun 18,1 persen pada bulan Februari. Padahal para ekonom memperkirakan ekspor akan naik 5 persen setelah naik 10,6 persen pada bulan Januari. Tidak hanya itu, negara ini juga mencatat defisit perdagangan untuk bulan Februari yaitu USD 22,98 miliar.

Investor banyak yang menunggu data produksi industri Cina dan tingkat aset tetap  investasi yang akan dirilis hari ini. Para ekonom memperkirakan produksi industri akan naik 9,5 persen pada bulan Januari dan Februari dibandingkan dengan dua bulan yang sama tahun sebelumnya.

Tim Condon, seorang ekonom dari ING, mengatakan kurangnya transparansi dalam kebijakan keuangan China sering menimbulkan ketidakpastian dan kecemasan bagi investor.

“Sentimen bisnis sudah pasti memburuk di China dan hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa mereka begitu mudah menonjolkan sisi negatif negeri itu,” kata Cordon.

Sebelumnya, lembaga keuangan China mengeluarkan dana pinjaman sebesar CNY 644,5 miliar pada bulan Februari, jumlah itu turun tajam dari CNY 1,32 triliun pada bulan Januari. Total pembiayaan sosial dari kredit dalam perekonomian mencapai CNY 938,7 miliar pada bulan Februari, jauh di bawah CNY 2,58 triliun di bulan sebelumnya.

Rizki Abadi/Journalist at Vibiz Research/VM/VBN

Editor: Rimba Laut

Pic : evergreen


Distribusi: Vibiznews

Speak Your Mind

*

*