Tak Mau Kalah dengan Saham, Rupiah Menanjak

INILAHCOM, Jakarta – Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah mencatatkan kenaikan 0,82%. Rilis data neraca perdagangan dan inflasi menjadi katalisnya. Seperti apa?

Berdasrkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), dalam sepekan terakhir rupiah menguat 94 poin (0,82%) ke posisi 11.310 pada Jumat, 4 April 2014 dibandingkan akhir pekan sebelumnya 11.404 per Jumat, 28 Maret 2014.

Reza Priyambada, kepala riset Trust Securities mengatakan, laju nilai tukar rupiah bertahan positif sepanjang pekan kemarin. “Rupiah pun tidak mau kalah dengan IHSG dengan melanjutkan kenaikannya di awal pekan,” katanya kepada INILAHCOM, di Jakarta, Minggu (6/4/2014).

Bahkan, lanjut dia, setelah dirilis data ekonomi dalam negeri sepeprti neraca perdagangan dan inflasi yang lebih baik dari estimasi membawa laju nilai tukar rupiah bersemangat menguat. “Neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2014 tercatat surplus senilai US$785,3 juta di mana nilai ekspor Februari mencapai US$14,57 miliar, naik 0,8% dari Januari dan turun 2,96% periode yang sama 2012,” papar dia.

Ekspor hasil migas pada Februari naik 6,34% dari bulan sebelumnya akibat pengaruh turunnya lifting minyak. Ekspor nonmigas turun 0,5% dari bulan sebelumnya. Sedangkan nilai impor tercatat US$13,78 miliar atau lebih rendah 7,58% dari nilai impor Januari 2014.

Sementara dari sisi inflasi, tercatat inflasi pada Maret 2014 sebesar 0,08%, dengan laju inflasi tahunan sebesar 7,32%. Inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan inflasi Februari yang berada pada level 0,26%, atau jauh lebih rendah dari inflasi Maret 2013 sebesar 0,63%.

Tidak berapa lama, rupiah berbalik melemah seiring dengan respons positif pelaku pasar terhadap rilis data-data positif dari AS dan juga merespons positif pernyataan dari The Fed yang mendukung upaya pemulihan ekonomi AS agar tetap bertumbuh. Dampaknya, dolar AS pun kembali diburu dan menyebabkan penguatan rupiah terhalangi dengan apresiasi dolar AS tersebut.

Rupiah masih melanjutkan pelemahannya seiring dengan masih adanya rilis data-data ekonomi AS yang menunjukkan peningkatan, terutama dari sisi ketenagakerjaan. Di sisi lain, rendahnya data-data ekonomi Australia, turunnya nilai investasi surat berharga Jepang, dan rilis penurunan jauh di bawah estimasi non-manufacturing PMI China turut memberikan sentimen negatif bagi rupiah.

Di akhir pekan, rupiah ditutup stagnan cenderung melemah. Rupiah sempat melewati target resisten 11.325. “Rupiah di pekan depan variatif cenderung melemah terutama jika pidato The Fed nantinya memberikan sinyal terapresiasinya dolar AS,” imbuhnya. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*