Tahun Depan, Menkeu Bambang 'Ramal' Dolar di Rp 12.000

Jakarta -Pemerintah memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di posisi Rp 12.000/US$ pada 2015. Melemah dibandingkan asumsi yang sudah disepakati dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015, yaitu Rp 11.900/US$.

“Asumsi kurs untuk tahun depan masih pada kisaran Rp 12.000/US$. Forecast kita masih sekitaran itu,” ungkap Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dalam acara The CNBC Summit Indonesia 2014 di Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (9/12/2014).

Nilai tukar, kata Bambang, dipengaruhi oleh 2 hal yaitu internal dan eksternal. Posisi internal sudah cukup ada perbaikan setelah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp 2.000/liter bulan lalu.

Kenaikan harga BBM diperkirakan dapat meredam impor minyak, sehingga bisa membantu mengurangi defisit transaksi berjalan (currrent account deficit) dan menopang penguatan rupiah.

“Kami sebagai otoritas fiskal akan berkolaborasi dengan Bank Indonesia untuk menjaga current account deficit agar semakin baik. Tahun depan diharapkan current account deficit pada 2,5% dari PDB (Produk Domestik Bruto),” jelasnya. Pada kuartal III-2014, defisit transaksi berjalan masih sebesar 3,07% PDB.

Namun, lanjut Bambang, faktor eksternal adalah tantangan yang berada di luar kuasa pemerintah atau Bank Indonesia. Faktor eksternal yang paling akan mempengaruhi pergerakan rupiah adalah kenaikan suku bunga di AS.

“Ini tentu di luar kontrol pemerintah,” ujar Bambang.

Masalah eksternal lainnya adalah perlambatan ekonomi negara mitra perdagangan utama Indonesia. Seperti Tiongkok dan beberapa negara di kawasan Asia.

“Sebagai mitra dagang, perlambatan ekonomi Tiongkok dan lainnya sangat berpengaruh pada ekspor Indonesia. Itu berpengaruh juga ke fundamental,” terangnya.

(mkl/hds)


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*