Surplus Transaksi Berjalan Jepang Susut

INILAHCOM, Tokyo — Surplus transaksi berjalan Jepang menyusut hampir seperlima ke rekor terendah 22 miliar dolar AS pada 2014.

Angka tersebut merupakan penurunan tahunan keempat berturut-turut, karena defisit perdagangan membengkak di tengah yen yang lemah. Demikian data resmi menunjukkan Senin (9/2/2015).

Surplus pada transaksi berjalan turun 3,23 triliun yen pada 2013 menjadi 2,63 triliun yen pada tahun lalu, terkecil sejak 1985, ketika data pembanding tersedia, menurut kementerian keuangan.

Transaksi berjalan adalah ukuran terluas dari perdagangan negara itu dengan seluruh dunia, termasuk tidak hanya perdagangan barang, tetapi juga jasa, pariwisata dan pengembalian pada investasi luar negeri negara itu.

Defisit perdagangan Jepang tahun lalu tumbuh sebesar 18,1 persen menjadi 1,04 triliun yen dari tahun sebelumnya, karena biaya impor minyak dan gas — yang dihargakan dalam dolar — membebani pertumbuhan ekspor.

Jepang telah dibebani dengan ketidakseimbangan perdagangan yang dipicu oleh ketergantungan berat pada impor bahan bakar fosil untuk menghasilkan listrik, karena reaktor nuklir ditutup dalam menanggapi bencana atom yang dipicu tsunami pada 2011.

Tetapi pendapatan keseluruhan membaik dengan keuntungan yang lebih tinggi dari ekuitas dan investasi langsung lainnya, serta dari investasi dalam istrumen-instrumen keuangan.

Kenaikan ini telah digelembungkan oleh pelemahan yen, konsekuensi dari kebijakan pro-pengeluaran Perdana Menteri Shinzo Abe dan pelonggaran moneter besar bank sentral Jepang (BoJ).

Pada Desember saja, Jepang mencatat surplus transaksi berjalan 187,2 miliar yen, surplus bulanan keenam berturut-turut, membalikkan defisit 679,9 miliar yen tahun sebelumnya.

Capital Economics mengatakan surplus transaksi berjalan Jepang akan terus meningkat dalam beberapa bulan mendatang, karena neraca perdagangan dapat kembali ke surplus akibat penurunan harga minyak.

“Ke depan, kami memperkirakan yen melemah menuju 140 terhadap dolar pada akhir tahun, yang akan memberikan dorongan tambahan untuk keseimbangan pendapatan,” katanya.

“Terlebih lagi, penurunan tajam dalam harga minyak mentah sejak musim panas lalu telah mengurangi harga impor secara penuh,” tambahnya. “Setelah ini terjadi, neraca perdagangan mungkin sebentar kembali ke surplus.” [tar]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*