Sudah Siapkah Sektor Perbankan Indonesia Menghadapi MEA 2015?

Waktu terus berjalan dan tanpa disadari beberapa bulan lagi kita akan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan diselenggarakan pada tahun 2015 mendatang. Tujuan yang ingin dicapai melalui MEA adalah adanya aliran bebas barang, jasa, dan tenaga kerja terlatih, serta aliran investasi yang lebih bebas.

Dalam penerapannya pada tahun 2015, MEA akan menerapkan 12 sektor prioritas yang disebut free flow of skilled labor (arus bebas tenaga kerja terampil) untuk perawatan kesehatan (health care), turisme (tourism), jasa logistik (logistic services), e-ASEAN, jasa angkutan udara (air travel transport), produk berbasis agro (agrobased products), barang-barang elektronik (electronics), perikanan (fisheries), produk berbasis karet (rubber based products), tekstil dan pakaian (textiles and apparels), otomotif (automotive), dan produk berbasis kayu (wood based products).

Sejatinya, peluang Indonesia untuk bersaing dalam MEA 2015 cukup besar. Hal ini didukung oleh beberapa faktor seperti peringkat Indonesia yang berada pada ranking 16 dunia dalam hal besaran skala ekonomi dengan 108 juta penduduk sebagai kelompok menengah yang sedang tumbuh sehingga berpotensi sebagai pembeli barang-barang impor (sekitar 43 juta penduduk), perbaikan peringkat investasi Indonesia oleh lembaga pemeringkat dunia, dan masuknya Indonesia sebagai peringkat empat prospective destinations berdasarkan UNCTAD World Investment Report.

Salah satu yang tengah dipersiapkan Indonesia dalam menghadapi MEA 2015 adalah kesiapan sektor perbankan Indonesia. OLeh karena itulah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dinilai perlu merancang peta jalan atau roadmap perbankan Indonesia. Adapun pembuatan roadmap tersebut secara terperinci dapat berupa arah yang lebih jelas dalam hal konsolidasi perbankan dalam negeri. Konsolidasi dapat membesarkan size suatu bank, baik secara alami maupun market driven.

Konsolidasi yang dimaksudkan bisa dalam jalur merger maupun akuisisi. Konsolidasi tersebut diutamakan bagi kategori bank dengan level menengah ke bawah sehingga mereka melakuan perencanaan modal dengan kuat. Untuk menguatkan modal pun bisa dengan cara organik growth namun konsekuensinya membutuhkan waktu lama, ataupun dengan anorganik growth yakni merger atau akusisi.

Masih banyak yang harus dibenahi oleh OJK serta BI dalam mengatur sistem perbankan di Indonesia agar tidak lengser menghadapi sektor perbankan negara ASEAN lainnya. Semoga dalam kurun waktu yang kurang dari 1 tahun ini, perbankan nasional dapat bangkit dan menjadi the leading banking di ASEAN.

 

Stephanie Rebecca/Analyst Equity Research/VM/VBN
Editor: Jul Allens
pic:wikipedia


Distribusi: Vibiznews

Speak Your Mind

*

*