Sudah Ada 2 Paket Kebijakan, Kok Dolar AS Masih Rp 14.700?

Jakarta -Sudah dua paket kebijakan dirilis pemerintah tahun ini. Namun nilai tukar rupiah belum juga menunjukkan taringnya terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Pada perdagangan hari ini, mata uang Paman Sam sempat naik ke titik tertingginya di Rp 14.722. Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo, pergerakan rupiah tidak bisa dikaitkan dengan satu hal seperti paket kebijakan saja. Sebab, banyak faktor yang mempengaruhi gerak mata uang Garuda.

“Jadi kalau melihat gerakan rupiah tidak bisa dikaitkan dengan satu aktivitas. BI juga keluarkan paket kebijakan tanggal 30 September, itu masih perlu waktu untuk diimplikasi,” kata Agus di kantornya, Jakarta, Jumat (2/10/2015).

“Bahwa nilai tukar ada kejadian menguat atau melemah itu kita lihat paling pengaruh faktor eksternal. Bahwa dinamika memang, di luar negeri masih tinggi,” tambahnya.

Agus mengatakan, pelemahan mata uang juga terjadi di negara lain. Salah satu penyebabnya adalah dolar AS menguat akibat spekulasi naiknya suku bunga The Federal Reserve (The Fed).

“Kalau kemarin penguatan rupiah karena China umumkan pelonggaran loan to value-nya. Jadi langsung berdampak pada harapan ekonominya negara lain, dampak akan lebih baik pada negara-negara yang memiliki hubungan dagang dengan China,” ujarnya.

Faktor dalam negeri juga ada yang membuat rupiah melemah, salah satunya adalah defisit transaksi berjalan karena impor masih lebih tinggi daripara ekspor.

“Tapi saya jelaskan, itu paket kebijakan dikeluarkan dan direspons oleh BI nanti akan hasilkan kondisi lebih baik dalam jangka pendek untuk pengendalian nilai tukar dan kualitas pertumbuhan ekonomi kita,” kata Agus.

(ang/dnl)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*