Subsidi Premium Dicabut Tapi Rupiah 'Loyo', Ini Penjelasan Menkeu Bambang

Jakarta -Hari ini, nilai tukar rupiah masih bergerak cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Bahkan dolar AS hampir mencapai level Rp 12.600.

Mengutip data perdagangan Reuters, Senin (5/1/2015), dolar AS saat penutupan pasar berada di posisi Rp 12.592. Menguat dibandingkan kala pembukaan pasar yaitu Rp 12.568.

Padahal, pemerintah sudah menghapuskan subsidi untuk BBM jenis Premium dan memberikan subsidi tetap (fixed subsidy) Rp 1.000/liter untuk Solar. Kebijakan ini sudah ditunggu investor, karena menunjukkan komitmen pemerintah untuk mereformasi subsidi.

Bambang Brodjonegoro, Menteri Keuangan, mengatakan investor masih mencemaskan data-data ekonomi Indonesia yang tidak terlalu menggembirakan. Misalnya inflasi sepanjang 2014 yang mencapai 8,36%, dan neraca perdagangan Januari-November 2014 yang defisit US$ 2,07 miliar.

“Banyak angka yang tidak meyakinkan. Misalnya inflasi dan neraca perdagangan,” ungkap Bambang di Gedung Djuanda, Komplek Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (5/1/2015).

Oleh karena itu, Bambang berjanji pemerintah akan terus mengatasi isu ini. “Makanya kita perbaiki di 2015,” tegas Bambang.

Untuk inflasi, kata Bambang, dalam setahun ke depan akan lebih terkontrol. Masalah yang masih harus ditangani adalah harga pangan.

“Masih menjadi masalah adalah logistik dan tata niaga. Itu yang terjadi pada Desember. Banyak yang menahan barang dan mengganggu supply, sehingga merusak harga,” jelasnya.

Selanjutnya untuk neraca perdagangan, Bambang mengaku cukup sulit untuk mengembalikannya ke posisi positif pada tahun ini. Meskipun demikian, dia meyakinkan bahwa pemerintah akan berupaya menggenjot ekspor.

“Kita akan optimalkan berbagai cara untuk menggenjot ekspor,” tukas Bambang.

(mkl/hds)


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*