Subsidi Bensin Premium Sudah Dicabut, Tapi Rupiah Masih 'Loyo'

Jakarta -Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) belum menunjukkan penguatan, meski pemerintah sudah merilis kebijakan baru terkait subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Hari ini, rupiah dibuka melemah terhadap mata uang Negeri Paman Sam.

Mengutip data perdagangan Reuters, Senin (5/1/2015), dolar AS berada di posisi Rp 12.568. Menguat dibandingkan penutupan akhir pekan lalu di Rp 12.552.

Padahal, pemerintah sudah menghapuskan subsidi untuk BBM jenis Premium dan memberikan subsidi tetap (fixed subsidy) Rp 1.000/liter untuk Solar. Kebijakan ini sudah ditunggu investor, karena menunjukkan komitmen pemerintah untuk mereformasi subsidi.

Reza Priyambada, Kepala Riset Woori Korindo Securities, menilai pelemahan rupiah tidak lepas dari menguatnya dolar AS. Penyebabnya, mata uang euro melemah karena bank sentral Uni Eropa (ECB) akan kembali menyuntikkan stimulus, yang menyebabkan likuiditas euro melimpah dan nilainya turun.

Sementara dari dalam negeri, investor mengkhawatirkan laju inflasi 2014 mencapai lebih dari 8%. Neraca perdagangan Indonesia yang kembali defisit juga menjadi sentimen negatif yang melemahkan nilai tukar rupiah.

“Data-data ekonomi yang dirilis tidak sesuai dengan harapan sehingga membuat nilai tukar rupiah bergerak melemah. Waspadai berlanjutnya pelemahan nilai tukar rupiah. Kami perkirakan pergerakan rupiah hari ini di kisaran Rp 12.470-12.482 per US$,” papar Reza.

(hds/ang)


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*