Stok menyusut, harga minyak sawit melonjak

JAKARTA. Stok minyak sawit atau crude palm oil (CPO) di pasar global menyusut. Alhasil, harga minyak sawit akhir pekan lalu menyentuh level tertinggi dalam 20 bulan terakhir.

Mengutip Bloomberg pada Jumat (5/2), harga CPO kontrak pengiriman April 2016 di Malaysia Derivative Exchange terangkat 1,93% ke RM 2.580 atau setara US$ 600,50 per metrik ton. Dalam sepekan kemarin, harga CPO sudah melesat 5,60%.

Analis Central Capital Futures Wahyu Tri Wibowo mengatakan, penyebab kenaikan harga CPO adalah dampak El-Nino yang mengganggu produksi CPO. Tidak hanya terjadi di Malaysia tapi juga Indonesia, dua negara yang menjadi produsen terbesar CPO di pasar global.

El-Nino diprediksi masih akan berlanjut hingga Maret 2016. “Ada peluang harga naik sekitar 20% di tahun ini karena keringnya produksi, sementara permintaan masih terjaga,” prediksi Wahyu.

Ivy Ng, Regional Head of Plantations CIMB, menuliskan dalam laporannya, stok CPO Malaysia diduga turun 13% di akhir Januari 2016 menjadi 2,28 juta ton. Sementara produksi CPO diperkirakan turun 19% menjadi 1,13 juta ton dibanding bulan sebelumnya.

Data resminya baru akan dirilis oleh Malaysia Palm Oil Board (MPOB) pada 10 Februari 2016. Untuk produksi CPO Indonesia, RHB Securities Indonesia memprediksi, angkanya akan turun 8% sepanjang tahun 2016 ini dibandingkan tahun sebelumnya.

Kendati begitu, Wahyu mengingatkan, potensi harga minyak sawit koreksi. “Bisa terjadi karena penguatan USD di tengah libur pasar China atau aksi teknikal. Namun kalau dari fundamental masih naik,” tutur Wahyu.

Produk substitusi

Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures, menambahkan, harga minyak sawit saat ini didukung oleh faktor fundamental. Namun bukan berarti tanpa hambatan, pasalnya rencana dari pemerintah Perancis untuk menaikkan pajak CPO bisa mempengaruhi negara lain untuk melakukan hal serupa.

“Ketika ekspor menjadi mahal, maka permintaan akan menipis,” prediksi Deddy.

Selain itu, harga minyak kedelai yang rendah, bisa membuat konsumen CPO beralih ke minyak kedelai. Lihat saja, impor minyak kedelai India naik lebih dari 4 juta ton sejak Oktober 2015.

Sementara impor CPO India turun menjadi hanya 61% dari total impor minyak nabati dalam dua bulan terakhir. Padahal tahun 2015, porsinya 72%. Secara teknikal, Deddy melihat, harga bergerak di atas moving average (MA) 50 mengindikasikan naik.

Garis MACD di area positif 15. RSI level 62 dan stochastic level 60, sama-sama menanjak. Pada Selasa (9/2), Deddy menebak harga CPO naik di kisaran RM 2.540–RM 2.600 dan sepekan RM 2.500–RM 2.620 per metrik ton. Senada, Wahyu memprediksi, harga CPO sepekan RM 2.480–RM 2.600 per metrik ton.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*