Stimulus China mendongkrak rupiah

JAKARTA. Stimulus ekonomi China menjadi sumber tenaga bagi pergerakan rupiah di akhir pekan. Akhirnya mata uang garuda dapat mengungguli dollar AS.

Di pasar spot, Jumat (20/11) nilai tukar rupiah di hadapan dollar AS naik cukup signifikan sebesar 1,1% dari sehari sebelumnya menjadi Rp 13.623. Sepekan terakhir rupiah menanjak 0,45%.

Albertus Christian, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, mengatakan rupiah sempat melemah setelah pidato dari para pejabat The Fed mengindukasikan kenaikan suku bunga tahun ini.

Hal tersebut semakin dipertegas dengan hasil notulensi rapat Federal Open Markets Committee (FOMC).

“Rapat Bank Indonesia juga cenderung bearish ke Bank Sentral AS,” ujar Christian.

Sementara dari dalam negeri belum ada sentimen yang mampu mengangkat rupiah termasuk putusan BI yang menahan suku bunga.

Namun semakin besarnya potensi kenaikan suku bunga The Fed direspons oleh berbagai stimulus ekonomi dari Bank Sentral di seluruh dunia.

Salah satunya, Bank Sentral China (PBOC) yang secara mengejutkan memangkas tingkat suku bunga untuk standing lending facility (SLF) menjadi 2,75% dari sebelumnya 4,5% dan menurunkan seven-day bank-loan menjadi 3,25% dari sebelumnya 5,5%.

“Keputusan Bank Sentral China direspons menguatnya yuan dan diikuti mata uang emerging market, termasuk rupiah,” lanjut Christian.

Sepekan ke depan pergerakan rupiah masih akan mencermati data – data ekonomi AS mengingat minimnya sentimen dalam negeri.

“Dari dalam negeri belum ada data kecuali potensi meningkatnya permintaan dollar untuk pembayaran utang korporasi jatuh tempo dan gaji pegawai asing,” imbuh Christian.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*