Siapkan Saham yang Akan Bagi Dividen

INILAHCOM, Jakarta Para investor disarankan untuk tidak panik dan para trader bisa akumulasi saham saat IHSG berada di kisaran support. Jangan lupa, siapkan saham-saham berdividen.

Praktisi pasar modal Jimmy Dimas Wahyu mengatakan hal itu kepada INILAHCOM. Apalagi, kata dia, ekonomi Indonesia diproyeksikan membaik pada 2015. Oleh karena itu, investasi jangka panjang tak masalah dengan catatan lebih dari satu tahun.

Sedangkan untuk investor jangka pendek alias trader, pembelian saham bisa dilakukan saat IHSG berada di kisaran support 5.110-5.130. “Saham-saham pilihan saat IHSG di kisaran support tersebut, jangan lupa mempersiapkan saham-saham yang akan memberikan dividen dalam waktu dekat yakni Maret-April,” ujarnya.

Pada perdagangan Jumat (16/1/2015), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 40,333 poin (0,78%) ke posisi 5.148,379. Sepanjang perdagangan, indeks mencapai level tertingginya 5.204 atau menguat 15,781 poin dan mencapai level terlemahnya 5.148,379 atau turun 40,333 poin. Berikut ini wawancara lengkapnya:

Tepat setelah penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, IHSG malah memperparah pelemahan akhir pekan lalu. Apa yang telah terjadi di pasar saham?

Meski IHSG turun, sebenarnya tak ada masalah. Saat harga minyak turun, harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pun diturunkan. Ini juga seharusnya menjadi kabar baik bagi perekonomian. Harga gas juga diturunkan. Ke depannya, semua energi itu tidak akan disubsidi lagi.

Hanya saja, pasar memang biasa naik-turun. Artinya, pasar tidak berlebihan merespons langkah Jokowi itu. Bisa dikatakan, koreksi langganan di akhir pekan.

Lantas, bagaimana Anda melihat arah IHSG berikutnya?

Arah IHSG sepekan ke depan, ada peluang penurunan lagi dalam waktu dekat. Jika masih melanjutkan tren turunnya, kurang lebih akan menguji level psikologis 5.100 dalam kisaran support 5.110-5.130. Di sisi lain, resistance IHSG berada di kisaran 5.175-5.195.

Faktor apa saja yang menjadi penekan turun IHSG sepekan ke depan?

Tekanan turun pada IHSG lebih dipicu oleh faktor eksternal. Antara lain, Bank Sentral Swiss baru saja memberlakukan suku bunga negatif -0,25%. Ini menunjukkan pemulihan ekonomi Eropa masih mengalami banyak kendala yang perlu dicermati. Pada saat yang sama, perekonomian dunia baru ditopang hanya satu negara, yakni pemulihan ekonomi AS.

Namun demikian, suku bunga negatif Swiss sebenarnya bisa berarti positif bagi Indonesia. Dengan BI rate di level 7,75% sebenarnya sangat atraktif. Diharapkan, investor asing semakin meningkatkan investasinya di Indonesia.

Lantas, mengapa sentimen Swiss menjadi negatif?

Karena yang dilihat pasar bukan hanya Swiss. Swiss hanya salah satu bagian dari Eropa. Swiss juga sejauh ini dianggap sebagai negara teraman untuk industri perbankannya. Jika Swiss memberikan bunga negatif, tentu para deposannya akan berpikir dua kali menyimpan dana di Swiss. Jadi, yang dilihat bukan hanya Swiss tapi dilihat multiplier effect-nya secara keseluruhan yang menunjukkan bahwa ekonomi Eropa masih jauh dari pulih.

Bagaimana dengan faktor penurunan harga minyak mentah dunia yang sempat tembus ke bawah US$45 per barel?

Soal penurunan harga minyak, posisi Indonesia sangat diuntungkan. Sebab, Indonesia sudah keluar dari OPEC. Indonesia jadi negara net-importir untuk minyak. Saat harga minyak turun, Indonesia mendapat harga yang lebih baik. Di sisi lain, penurunan ini berdampak buruk bagi eksportir.

Indonesia akan mendapatkan tamabahan untuk APBN sehingga sangat positif. Hanya saja, untuk saham-saham berbasis tambang, nampaknya tetap akan tertekan turun. Sementara itu, untuk ekspor Indonesia secara umum, yang harus dicermati adalah kestabilan nilai tukar rupiah yang akan berpengaruh pada neraca perdagangan.

Rupiah sendiri bagaimana?

Pelemahan rupiah sendiri tampak sudah mulai berkurang. Meski begitu harus tetap dicermati oleh para pemodal saham. Rupiah mulai stabil dan diharapkan berjalan dalam jangka yang cukup panjang sehingga cenderung berbalik menguat.

Jika menabung uang di dalam negeri, bunganya atraktif. Di sisi lain, bunga kredit juga menjadi berat dibandingkan negara lain. Yang dikhawatirkan, banyak perusahaan swasta meminjam dananya di luar negeri dalam denominasi dolar AS yang sedang naik nilai tukarnya. Otomatis permintaan atas dolar AS terus meningkat sehingga jadi salah satu penyebab rupiah terus melemah.

Anda sendiri, bagaimana melihat arah rupiah berikutnya?

Rupiah sendiri masih cenderung fluktuatif dalam kisaran 12.500-12.600 per dolar AS dalam waktu dekat ini.

Dalam semua situasi itu, apa saran Anda untuk para pemodal di bursa saham?

Bagi investor jangka panjang, sebaiknya tidak panik karena horisonnya untuk jangka panjang. Apalagi, ekonomi Indonesia diproyeksikan membaik pada 2015. Pada 2014, Produk Domestik Bruto (PDB) ditutup di 5,2%. Pemerintah yakin PDB bisa di 5,8% tahun ini. Intinya adalah adanya perbaikan pada 2015. Jadi, investasi jangka panjang tak masalah dengan catatan lebih dari satu tahun.

Sedangkan untuk investor jangka pendek alias trader, pembelian saham bisa dilakukan saat IHSG berada di kisaran support tadi, 5.110-5.130.

Saham-saham pilihan Anda?

Saham-saham pilihan saat IHSG di kisaran support tersebut adalah, jangan lupa mempersiapkan saham-saham yang akan memberikan dividen dalam waktu dekat yakni Maret-April.

Siapkan saham PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Central Asia (BBCA), dan PT Bank Mandiri (BMRI). Lalu, saham PT Astra International (ASII). PT Pakuwon Jati (PWON), PT Media Nusantara Citra (MNCN), PT Vale Indonesia (INCO), PT Perusahaan Gas Negara (PGAS), PT Express Transindo Utama (TAXI), dan PT Blue Bird (BIRD).

Bagaimana strategi masuk pada saham-saham tersebut?

Jika dapat harga bagus, sebaiknya buy on weakness pada saham-saham tersebut. Jangan lupa, strategi pertama, cermati dulu IHSG-nya di kisaran support tadi karena itu merupakan gambaran umum. Setelah itu, baru lihat kondisi sahamnya. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*