Sepekan Terakhir, Rupiah Menguat 47 Poin


shadow

Financeroll – Sepanjang pekan terakhir, nilai tukar  Rupiah mampu bertahan  di jalur  positif seiring dolar AS yang melambat. Data tenaga kerja dan manufaktur AS menunjukkan angka yang negatif.  Merujuk pada kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia (BI),  nilai tukar rupiah menguat 47 poin (0,37%) ke posisi 12.593 per Jumat (16/1) dibandingkan akhir pekan sebelumnya di posisi 12.640.

Kurs Rupiah tercatat menguat sepekan kemarin. Akankah bertahan? Mulai berkurangnya sentimen rilis hasil the Federal Open Market Committee (FOMC) meeting memberikan kesempatan pada rupiah untuk dapat menguat karena laju dolar AS sedang berkurang daya pacunya.  Rilis pelemahan pada non-farm payrolls dan manufacturing payrolls AS memberikan sentimen negatif pada dolar AS dan memicu pelemahan nilai tukarnya.

Meski nilai tukar yuan menguat seiring meningkatnya ekspor China, tidak diimbangi dengan pergerakan Euro dan Poundsterling yang malah menunjukkan pelemahannya. Turunnya data Jerman dan Italia yang dibarengi dengan rilis masih rendahnya tingkat inflasi Inggris memberikan tekanan negatif bagi kedua mata uang tersebut.

Dengan pelemahan Euro dan Poundsterling kembali dimanfaatkan dolar AS untuk kembali menguat dan tentunya berimbas negatif pada Rupiah.  Kurs  rupiah mampu berbalik positif di tengah ekspektasi akan adanya kenaikan suku bunga BI rate. Masih adanya kecenderungan pelemahan pada data-data makroekonomi Indonesia, terutama tren pelemahan rupiah yang dikhawatirkan akan berlanjut memberikan spekulasi BI akan kembali menaikkan BI rate untuk meredam data-data negatif tersebut.

Di sisi lain,  penguatan rupiah juga didukung penguatann Yen setelah terindikasi peralihan dari komoditas ke mata uang yang dinilai stabil.  Setelah bergerak positif, laju rupiah kembali tertekan seiring belum dirilisnya level BI rate saat itu membuat dorongan terhadap laju rupiah kian berkurang.  Masih cenderung melemahnya harga minyak mentah dunia yang berimbas pada harga-harga komoditas membuat pelaku pasar cenderung beralih ke mata uang safe heaven, yang salah satunya dolar AS.[geng]


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*