Sepekan Terakhir, Rupiah Melemah 166 Poin


shadow

Financeroll – Nilai tukar Rupiah dalam sepekan terakhir, tidak keluar dari  zona merah seiring penguatan dolar AS akibat krisis Yunani dan rencana pembelian obligasi oleh ECB. Pada saat yang sama, data-data AS menunjukkan angka yang positif.  Merujuk kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia (BI), dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah melemah 166 poin (1,33%) ke posisi 12.640 per dolar AS pada pekan yang berakhir Jumat, 9 Januari 2015 dibandingkan akhir pekan sebelumnya 12.474 pada Jumat, 2 Januari 2015.

Laju rupiah makin menunjukan pelemahannya di awal pekan ini.   Terlebih setelah  Euro melemah setelah terdapat sentimen dari rencana European Central Bank (ECB) yang akan mempertimbangkan untuk segera merealisasikan program pembelian obligasi dari beberapa Negara di Euro Zone.  Euro juga mendapat tekanan dari kekhawatiran akan kembali terjadinya krisis Yunani, terutama beredarnya spekulasi akan keluarnya Yunani dari Zona Euro.  Masih berlanjutnya pelemahan pada laju harga minyak mentah membuat pelaku pasar lebih memilih ke aset save heaven, dolar AS dan Yen.

Kurs Rupiah belum menunjukkan adanya perbaikan di mana masih menunjukan pelemahan lanjutannya. Masih adanya imbas dari berlanjutnya pelemahan harga kontrak minyak mentah dunia di mana pelaku pasar lebih memilih pada aset-aset safe heaven, di antaranya dolar AS.  Di sisi lain masih adanya kekhawatiran terhadap masalah Yunani yang melemahkan Euro juga turut berimbas negatif pada Rupiah.

Terapresiasinya yuan China seiring rilis rencana pemerintah China untuk mendorong pengerjaan proyek infrastruktur senilai 7 triliun yuan, belum cukup mampu direspons positif pelaku pasar.  Masih berlanjutnya pelemahan Euro dan kembali berbalik turunnya Yen membuat dolar AS berkesempatan untuk menguat dan berimbas pada pelemahan mata uang lainnya.

Kebetulan juga dari dalam negeri belum ada trigger positif yang dapat membuat rupiah menguat dan sempat adanya antisipasi pelaku pasar terhadap imbas dirilisnya hasil meeting The Fed di Desember yang lalu.  Kondisi itu membuat pelaku pasar lebih memilih mentransaksikan dolar AS.

Terlebih  setelah rilis kenaikan data-data AS berupa MBA mortgage applications, chain store sales, ADP employment, hingga neraca perdagangan yang lebih baik dari estimasi.  Laju rupiah pun sulit untuk bangkit.  Setelah rilis hasil pertemuan The Fed pada Desember lalu di mana The Fed masih bersikap sabar dalam menaikan suku bunganya membuat kenaikan pada dolar AS tidak terlalu tinggi dibandingkan sebelumnya.    Rupiah berpeluang bergerak dalam kisaran support-resisten Rp 12.850-12.525  berdasarkan kurs tengah BI. [geng]


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*