Sentimen Yunani Pacu Aksi Jual Obligasi

INILAHCOM, Jakarta Dalam sepekan terakhir, laju pasar obligasi terlihat variatif dan beberapa justru melemah seiring kekhawatiran pasar atas keluarnya Yunani dari zona euro. Untung saja, stimulus European Central Bank (ECB) bisa jadi peredam.

“Laju pasar obligasi di pekan kemarin terlihat variatif dan beberapa obligasi cenderung melemah harganya seiring adanya aksi jual,” katanya kepada INILAHCOM di Jakarta, Minggu (1/2/2015).

Variatifnya sentimen turut memicu aksi jual pada beberapa seri obligasi meski tidak jarang pula beberapa seri obligasi juga ramai ditransaksikan. “Sempat terjadi aksi jual pasca sentimen negatif dari hasil pemilu Yunani di mana Partai Oposisi memenangi Pemilu dan masih tertekannya laju rupiah akibat pergerakan laju dolar AS yang kian menguat pasca pertemuan The Fed,” ujarnya.

Akan tetapi, pelemahan obligasi sempat tertahan dengan adanya sentimen dari pemberian stimulus European Central Bank (ECB) dan perkiraan akan turunnya inflasi. “Meskipun, kami belum terlalu yakin inflasi akan turun pasca Pemerintah menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dan semen,” papar dia.

Terlihat pergerakan harga obligasi, khususnya harga obligasi pemerintah mengalami kenaikan lebih rendah dari kenaikan harga di pekan sebelumnya. “Begitupun dengan pergerakan yield-nya yang juga hanya turun tipis,” tuturnya.

Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan rata-data yield -19,04 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan yield sekitar -9,24 bps; dan tenor panjang (8-30 tahun) turut mengalami penurunan yield sekitar -10,41 bps.

Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo 5 tahun cenderung melemah tipis harganya hingga 15 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo 10 tahun mengalami kenaikan tipis harga 3,37 bps.

Di pekan kemarin, pemerintah Indonesia telah melaksanakan Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) untuk seri Seri SPN-S14072015 (reopening) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 14 Juli 2015; Seri PBS006 (reopening) dengan tingkat imbalan yang ditawarkan sebesar 8,25% dan jatuh tempo pada tanggal 15 September 2020;

Seri PBS007 (reopening) dengan tingkat imbalan yang ditawarkan sebesar 9,00% dan jatuh tempo pada tanggal 15 September 2040; dan Seri PBS008 (reopening) dengan tingkat imbalan yang ditawarkan sebesar 7,00% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Juni 2016 pada hari Selasa, tanggal 27 Januari 2015.

Total penawaran yang masuk sebesar Rp19,06 triliun di mana seri PBS008 memiliki penawaran yang masuk lebih tinggi sebesar Rp9,51 triliun dengan nilai yang dimenangkan ialah sebesar Rp1,11 triliun. Di sisi lain, untuk total keseluruhan penawaran yang dimenangkan hanya Rp2,2 triliun.

Total penawaran yang masuk lebih tinggi dari total penawaran yang masuk sebelumnya sebesar Rp13,75 triliun namun, dengan penyerapan yang lebih rendah. “Dari empat seri SBSN yang di tawarkan, hanya terserap 3 SBSN sementara untuk seri PBS006 tidak terserap,” kata dia.

Pergerakan pasar obligasi yang masih menguat meski diiringi beberapa sentimen negatif membuat permintaan akan tingkat yield masih menurun karena telah terkompensasi dengan pergerakan harganya yang meningkat meski tipis.

Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan untuk setiap seri a.l SPN-S14072015 (6,07%); PBS007 (8,16%); dan PBS008 (7,12%).

Dari sisi bid to cover ratio, memperlihatkan bahwa angka yang paling besar rasionya senilai 10,30x pada seri SPN-S14072015. “Ini memberikan gambaran bahwa banyak pelaku pasar yang masih lebih memilih lelang obligasi jangka pendek untuk ditransaksikan karena lebih likuid dan berdurasi lebih pendek,” ungkap dia.

Seri SPN12160107 memiliki jatuh tempo yang lebih cepat atau pendek dibandingkan dengan jatuh tempo suku bunga SUN lainnya. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*