JAKARTA. Pergerakan pasar modal dan nilai tukar rupiah hari ini akan dipengaruhi oleh sentimen ekonomi dari eksternal dan dari dalam negeri.
Lana Soelistianingsih, Ekonom Samuel Sekuritas mengatakan, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah akan cenderung negatif karena meningkatnya kekhawatiran perlambatan ekonomi China.
Peningkatan kekhawatiran ini terlihat dari hasil survei pricewater House Cooper (PwC) terhadap 1.409 CEO dari 83 negara mencatat pesimisme yang meningkat. Hanya 27% responden yang meyakini ekonomi global membaik tahun 2016 ini, turun dari angka tahun lalu sebesar 37%.
Tumpuan pertumbuhan bisnis para CEO adalah China dan Amerika Serikat, kemudian Inggris dan Jerman. “Perlambatan ekonomi China sebagai alasan pesimisme tersebut.” Kata Lana dalam riset yang diterima KONTAN, Kamis (28/1).
Sementara sentimen dari domestik adalah pemerintah akan menerbitkan seluruh rencana penerbitan global bond pada Q1-2015 ini dengan nilai sebesar US$ 10,7 miliar.
Lana bilang, percepatan ini untuk mengantisipasi naiknya suku bunga global akibat rencana the Fed naikkan suku bunga di tahun 2016 ini dan untuk menopang cadangan devisa. Kemungkinan pasar akan menyerap dengan penerbitan tersebut.
Pemerintah berencana menerbitkan obligasi Rp 605 triliun. Sekitar 30% di antaranya atau Rp 200 triliun akan diterbitkan dalam obligasi global atau sekitar US$ 14,3 miliar. Pada Desember 2015 lalu pemerintah baru menerbitkan US$ 3,5 miliar.
Dengan kedua sentimen tersebut, Lana melihat nilai tukar rupiah akan cenderung melemah hari ini namun masih dalam rentang sempit. Dugaannya, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.850- Rp 13.880 per USD. Pada perdagangan Kemarin(27/1), rupiah ditutup menguat 9,5 poin ke level Rp 13.876 berdasarkan kurs tengah Bloomberg.
Sementara, sebagian besar indeks future bursa Asia utama tercatat negatif sebagai indikasi potensi koreksi pada perdagangan hari ini, ditambah sentimen negatif dari bursa AS yang terkoreksi semalam.
—
Distribusi: Kontan Online
Speak Your Mind