Sentimen negatif masih membanjiri emas

JAKARTA. Harga emas berhasil rebound. Namun, sentimen negatif masih membalut pergerakan si kuning.

Alwi Assegaf, Analis PT SoeGee Futures menilai, kenaikan harga emas bersifat sementara. Memang ada sedikit sentimen positif dari Negeri Tirai Bambu yang membuka pasar emasnya bagi para investor Hongkong. Hal ini merupakan salah satu langkah China dalam mempengaruhi harga emas secara global.

Para anggota Chinese Gold & Silver Exchange Society yang berbasis di Hongkong sekarang dapat menggunakan mata uang Yuan untuk bertransaksi emas di Shanghai Gold Exchange.

“Namun tindakan ini kurang dapat mengangkat tingkat permintaan dan harga emas. Belum bisa mengalahkan penggunaan mata uang dollar AS,” jelasnya.

Sebab, saat ini perekonomian China sebagai konsumen emas terbesar masih melambat. Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi China dari semula 7% menjadi 6,8%.

Apalagi prospek kenaikan suku bunga acuan AS juga masih membayangi pergerakan emas. Jika The Fed mengerek suku bunga acuan pada September 2015 dan Desember 2015 mendatang, harga emas akan tergerus.

“Sekarang pergerakan emas cenderung searah dengan mata uang Euro terhadap dollar AS,” tuturnya. Oleh karena itu, jika para kreditur menolak proposal terbaru dari Yunani pada Minggu (12/7), mata uang Euro berpotensi melemah dan menyeret harga si kuning. Pada Kamis (9/7) malam, Perdana Menteri Yunani, Alexis Tsipras mengajukan proposal yang hampir memenuhi semua syarat dari para kreditur guna memperoleh bailout sebesar US$ 59,4 triliun.

Hingga akhir tahun 2015, Alwi memprediksi harga emas akan bergulir dalam rentang US$ 1.132 – US$ 1.250 per ons troi.

Mengacu Bloomberg, Jumat (10/7) pukul 15.27 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus 2015 di bursa Commodity Exchange naik 0,19% ke level US$ 1.161,5 per ons troi ketimbang hari sebelumnya. Dibandingkan Kamis (2/7), harga emas terkoreksi 0,17%.

Editor: Hendra Gunawan


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*