Sentimen Eksternal Lebih Kuat, Pasar Uang Domestik Bergerak Variatif


shadow

Financeroll – Pada perdagangan Senin (2/3) nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak melemah sebesar 13 poin menjadi Rp 12.943 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 12.930 per dolar AS.  Faktor eksternal mendominasi fluktuasi mata uang rupiah hingga sempat menyentuh level Rp 13.000 per dolar AS. Tekanan rupiah itu salah satunya dipicu oleh rencana bank sentral Amerika Serikat (the Fed) yang akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat kembali muncul.  Sementara  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lanjutkan penguatan.  Dalam penutupan perdagangan hari ini, IHSG kembali mencetak rekor tertinggi.  Pada akhir perdagangan Senin (2/3), IHSG berada di posisi 5.477,83. Menguat 27,54 poin (0,5%). Indeks LQ45 pun menguat 6,81 poin (0,72%) menjadi 953,68.

Pelaku pasar uang menilai perbaikan perekonomian AS berjalan sesuai jalur seperti yang diharapkan the Fed, sehingga ekspektasi awal mengenai kenaikan suku bunga AS pada pertengahan tahun ini kembali mencuat.  Selain Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen yang memberi indikasi kenaikan suku bunga pada tahun ini. Kepala Bank Sentral AS cabang Philadelphia James Bullard juga mengindikasikan yang sama.  Bank Indonesia (BI)  juga cenderung tidak melakukan intervensi secara aktif di pasar valas domestik, hal itu dikarenakan faktor fundamental ekonomi seperti inflasi, neraca transaksi berjalan, neraca perdagangan, dan kondisi fiskal cenderung membaik.

Di sisi lain, aksi bank sentral  Tiongkok yang menurunkan suku bunga mengindikasikan kekhawatiran pertumbuhan ekonomi negara terbesar kedua itu cenderung melambat. Suku bunga Tiongkok untuk kedua kalinya dalam tiga bulan diturunkan. Itu menunjukan Tiongkok sedang melambat, suku bunga tidak akan dipangkas jika situasi ekonomi disana dalam keadaan baik.  Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin (2/3) ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp 12.993 dibandingkan hari sebelumnya, Jumat (27/2) di posisi Rp12.863 per dolar AS. [geng]

Dari bursa saham,  Indeks mencetak rekor tertinggi kala penutupan perdagangan Sesi I hari ini, yaitu di 5.472,12. Namun rekor tersebut tidak bertahan lama, dan langsung pecah kala penutupan perdagangan harian.  Investor terlihat bergairah pasca Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi inflasi 0,36% pada Februari 2015. Artinya, Indonesia mengalami deflasi pada 2 bulan pertama 2015 setelah pada Januari juga deflasi 0,24%.

 Adapun  perkembangan sejumlah bursa saham Asia:  Nikkei 225 naik 28,94 poin (0,15%) menjadi 18.826,88, Hang Seng naik 64,15 poin (0,2%) ke posisi 24.887,44, KOSPI naik 27,85 poin (0,47%) menjadi 5.926,33, Straits Times menguat 0,77 poin (0,02%) ke posisi 3.403,63, dan  Shanghai Composite Index menguat 25,83 poin (0,78%) menjadi 3.336,14. [geng]


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*