Semen Indonesia Tambah "Capex" Jadi Rp 7 Triliun

Jakarta – PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) akan menambah belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini menjadi Rp 7 triliun. Semula, perusahaan semen terbesar di Indonesia milik negara itu mengalokasikan capex sebesar Rp 5 triliun.

“Kisaran capex kami tingkatkan antara Rp 5 triliun sampai Rp 7 triliun. Tahun 2015 adalah puncak investasi untuk pabrik di Rembang dan Indarung,” kata Direktur Keuangan Semen Indonesia Ahyanizzaman kepada Investor Daily di Jakarta, baru-baru ini.

Ahyanizzaman mengakui, alokasi tersebut meningkat signifikan dibandingkan penyerapan capex 2014. Pihaknya memperkirakan, perseroan telah menggunakan capex sekitar Rp 2,5 triliun sampai Rp 3 triliun untuk ekspansi 2014.

Menurut dia, untuk pendanaan capex 2015, perseroan masih memiliki ruang yang cukup dengan mengandalkan kas internal. Per September 2014, posisi kas dan setara kas perseroan sebesar Rp 3,6 triliun. Selain itu, perseroan juga belum menarik fasilitas pinjaman yang telah dikantongi sebelumnya.

Pada Maret 2014, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) telah memberikan fasilitas non-cash loan dengan limit Rp 1,4 triliun untuk pembangunan pabrik semen berkapasitas 3 juta ton per tahun di Rembang, Jawa Tengah. Fasilitas itu memiliki jangka waktu 42 bulan.

Selain itu, perseroan memperoleh fasilitas kredit investasi sebesar Rp 1,95 triliun untuk pembangunan pabrik PT Semen Padang di Indarung, Sumatera Barat, pada Mei 2014. Pinjaman tersebut berjangka waktu 8 tahun dan akan memenuhi 53 persen dari total kebutuhan investasi pembangunan pabrik. “Karena pembangunan pabrik Rembang dan Indarung akan mencapai puncaknya, kedua pabrik itu akan menyerap total dana Rp 4-5 triliun pada 2015,” jelas Ahyanizzaman.

Pemancangan dua pabrik tersebut sudah dilakukan pada pertengahan 2014. Pabrik Indarung di Sumatera Barat diperkirakan menelan total investasi Rp 3,84 triliun. Sementara itu, pabrik di Rembang senilai Rp 4,45 triliun. Investasi dua pabrik itu membengkak, seiring pelemahan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing. Semula, pabrik Rembang dan Indarung diperkirakan menelan dana masing-masing Rp 3,71 triliun dan Rp 3,24 triliun.

Menurut Ahyanizzaman, dari proyeksi capex hingga Rp 7 triliun pada 2015, perseroan akan menggunakan dana Rp 1-2 triliun untuk membiayai akuisisi di luar negeri. Perseroan tengah mengincar perusahaan di kawasan regional seperti Vietnam, Myanmar, dan Bangladesh.

Ahyanizzaman pernah mengatakan, saat ini, perseroan masih dalam tahap pencarian lahan dan akan disusul dengan proses perizinan untuk merambah pasar di Papua. “Kebutuhan investasi untuk membangun pabrik semen di kawasan timur Indonesia itu sekitar Rp 1,2 triliun,” kata dia kepada Investor Daily.

Saat ini, perseroan masih dalam tahap feasibility study pembangunan pabrik di Papua. Rencananya, pabrik tersebut bakal berkapasitas 600.000 ton sampai 1 juta ton per tahun. Pembangunan pabrik diperkirakan akan dimulai pada 2015 dan membutuhkan waktu selama tiga tahun.

Jika rencana tersebut terealisasi, pabrik ini akan menjadi pabrik produksi pertama Semen Indonesia di Papua. Sejauh ini, emiten berkode SMGR tersebut baru memiliki fasilitas pengemasan atau packing plant di Sorong, Papua Barat.

Ahyanizzaman menambahkan, jika perseroan memiliki pabrik di Jayapura, akses perseroan untuk menjangkau wilayah pedalaman atau sampai ke kota-kota lapis dua bisa lebih mudah. Harga ritel yang terkadang terlampau mahal pun bisa ditekan.

Investor Daily

Penulis: RID/WBP

Sumber:Investor Daily


Distribusi: BeritaSatu – Pasar Modal

Speak Your Mind

*

*