Sembilan Negara Terdampak Krisis Mata Uang Rusia

REPUBLIKA.CO.ID,MOSKOW–Krisis mata uang Rubel di Rusia berpotensi menjadi ancaman besar bagi negara-negara di pinggiran selatan.

Rubel mengalami penurunan hingga 50 persen. Berdasarkan data Bank Dunia, sembilan negara yang bergantung pada uang di Rusia secara kolektif bisa kehilangan lebih dari 10 miliar dolar AS pada 2015.

Sebanyak 21 persen ekonomi Armenia bergantung pada Rusia. Berikutnya Georgia (12 persen), Kyrgystan (31,5 persen), Moldova (25 persen), tajikistan (42 persen), Ukraina (5,5 persen), Lithuania (4,5 persen), Azerbaijan (2,5 persen), dan uzbekistan (12 persen). Negara-negara ini bergantung pada bisnis pengiriman uang dari Rusia.

“Aku sudah mengorbankan keluargaku. Aku juga sudah mengorbankan segalanya demi bisa bekerja di sini (Rusia) dan sekarang aku cuma bisa mengirimkan keluargaku beberapa ratus dolar saja per bulan,” kata Azis, imigran yang bekerja di pabrik mobil di Moskow Utara, dilansir dari the Guardian, Senin (19/1).

Keluarga Azis tinggal di Fergana Valley di Uzbekistan. Kini, Azis hanya bisa mengirimkan setengah saja dari gajinya ke rumah.

“Aku mulai berpikir tidak ada gunanya tinggal di sini. Hidupku cukup menyedihkan. Satu-satunya alasan aku berada di sini karena uang. Kupikir saatnya sekarang untuk pulang,” kata Azis.

Azis bukan satu-satunya orang yang berpikir untuk hengkang dari Rusia. Ketika situasi ekonomi di Rusia memburuk, pemerintah juga menerapkan kebijakan baru yang keras, yaitu aturan perolehan izin kerja bagi migran. Saat ini, ada jutaan warga negara beka Soviet yang bekerja secara ilegal di Rusia.

“Sejauh ini, orang-orang tidak meninggalkan Rusia secara massal sebab mereka khawatir tak akan bisa kembali lagi bekerja di sini,” kata Gavkhar Dzhurayeva, perwakilan organisasi yang menawarkan bantuan hukum gratis bagi pekerja migran di Rusia.


Distribusi: Republika Online RSS Feed

Speak Your Mind

*

*