Seiring Rupiah, Harga Obligasi dalam Tren Naik

INILAHCOM, Jakarta-Dalam sepekan terakhir, harga obligasi sukses bertahan dalam tren kenaikannya. Faktor penguatan rupiah, penundaan kenaikan suku bunga the Fed dan optimisme presiden atas ekonomi jadi katalisnya.

Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) mengatakan, imbas positif dari kenaikan sejumlah harga komoditas membuat indeks dolar AS mengalami penurunan dan dapat dimanfaatkan oleh pasar obligasi global untuk dapat bergerak positif. “Hawa positif pun kembali berhembus dan membuat banyak pelaku pasar kembali melakukan aksi beli seperti harapan kami sebelumnya,” katanya kepada INILAHCOM di Jakarta, Minggu (11/10/2015)

Tentu saja, kata dia, aksi beli tersebut membuat mayoritas harga obligasi mengalami kenaikan. “Kondisi ini pun terefleksi pada indeks harga obligasi yangmasih dapat bertahan di tren kenaikannya,” ujarnya.

Penguatan yang terjadi pun masih ditopang oleh adanya sentimen positif. Di antaranya adalah masih adanya aksi beli pelaku pasar, laju rupiah yang masih menguat, hingga imbas masih positifnya laju pasar obligasi global.

Beredarnya spekulasi akan lebih baiknya rilis Kebijakan Ekonomi Jilid 3 yang lebih mengedepankan pada pembenahan kondisi makroekonomi yang lebih konkret dan adanya optimisme dari Presiden Joko Widodo yang meyakini pertumbuhan ekonomi dalam negeri pada semester II nanti akan lebih baik dibanding semester I tahun 2015 ini.

Begitu juga dengan persepsi akan positifnya kebijakan penempatan dana hasil ekspor di dalam negeri bagi peredaran dolar AS terhadap rupiah sehingga cukup dapat membuat laju obligasi dapat bertahan di zona hijaunya. “Kondisi ini pun terefleksi pada indeks harga obligasi yang masih dapat bertahan di tren kenaikannya,” tandas dia.

Di akhir pekan pun, sentimen yang ada masih positif dimana terimbas dari hasil pertemuan the Federal Open Market Committee (FOMC)yang belum akan menaikan suku bunga acuannya.

Rendahnya harga olbigasi dimana rata-rata telah di bawah par memberikan kesempatan bagi pelaku pasar untuk masuk dan terlihat kian meningkatnya aksi beli membuat harga obligasi mayoritas kembali mampu mendekati harga par-nya.

Tidak hanya pada obligasi pemerintah, pada obligasi korporasi laju yield mulai menunjukkanadanya penurunan meski tidak terlalu signifikan seperti yang terjadi dengan rating AA dimana di pekan sebelumnya di kisaran 11,85%-11,90%untuk tenor 9-10 tahun namun, di pekan kemarin pergerakannya dapat turun ke kisaran 11,30%-11,35% seiring penguatan pada laju pasar obligasi.

Dari sisi makroekonomi, laju pasar obligasi lebih banyak dipengaruhi kondisi luar negeri dan dalam negeri terutama oleh lonjakan penguatan nilai tukar rupiah.

Penguatan dan membaiknya sentimen di pasar membuat secara mingguan harga obligasi Pemerintahcenderung dapat bergerak positif yang terefleksi dari turunnya yield untuk semua tenor.

Penurunan yield rata-rata yang terbesar diraih oleh obligasi tenor menengah (5-7 tahun).Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan rata-rata yield 65,27 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan yield sekitar -69,26 bps; dan tenor panjang (8-30tahun) mengalami penurunan yield tipis -60,27bps.

Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo 4 tahun cenderung meningkat harganya hingga 238,97 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo 9 tahun meningkat harganya hingga 500,36 bps.

Di pekan kemarin, Pemerintah Indonesia telah melakukan lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada hari Selasa, tanggal 6 Oktober 2015.

Seri-seri SBSN yang akan dilelang adalah SBSN berbasis proyek (Project Based Sukuk) yaitu seri PBS006 (reopening) dengan jatuh tempo 15 September 2020 memiliki imbal hasil 8,25% dan PBS009 (reopening) dengan jatuh tempo 25 Januari 2018 memiliki imbal hasil 7,75%.

Selain itu juga akan dilelang Sukuk Negara dengan seri SPN-S 07042016 (new issuance) dengan jatuh tempo 7 April 2016 memiliki imbalan diskonto untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2015.

Pada Kamis, 8 Oktober 2015, Kementerian Keuangan juga telah melakukan penerbitan Surat Utang Negara (SUN) berjenis Surat Perbendaharan Negara (SPN) seri SPNNT20160401 dengan caraPrivate Placementdengan jumlah total sebesar Rp1,36 triliun.

SUN yang diterbitkan merupakan jenis Surat Perbendaharaan Negara (SPN) seri SPNNT20160401 dengan status tidak dapat diperdagangkan (nontradable). Surat utang tersebut memiliki jatuh tempo 1 April 2016. Tidak menawarkan kupon namun, memiliki yield 7,75%.

Di pekan kemarin, nilai permintaan yang diminta pelaku pasar masih lebih rendah dari lelang SBSN sebelumnya. Sentimen di pekan kemarin sudah mulai membaik sehingga mendukung permintaan akan lelang SBSNyang masih dapatmelampaui target indikatifnya. Dalam hal penyerapannya mampu lebih baik dari lelang SBSN sebelumnya.

Adapun jumlah SUNyang dilelang berkurang 1 sehingga tersisa 3 seri SBSN yang dilelang. Lelang SBSNyang terserap lebih banyak pada tenor jangka menengah yang terlihat dari besaran bid to cover-nya. Dalam lelang kali ini, total permintaan yang masuk mencapai Rp 4,4 triliun, lebih rendah dibandingkan lelang SBSNperiode sebelumnya, Selasa(29/9) yang mencapai Rp 4,67 triliun.

Pada lelang kali ini, lelang berhasil diserap Rp 1,75 triliun atau lebih rendah dari target indikatif yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp 2 triliun. Pemerintah memenangkan seluruh seri SUN. Adapunseri yang dimenangkan a.l seri SPN-S07042016 dengan permintaan yang masuk dari investor Rp 2,19 triliun.

Imbal hasilterendah yang m-sasuk sebesar 6,75% dan Imbal hasil tertinggi 9,00%. Seri ini diserap Rp 900 miliar dengan Imbal hasil rata-rata tertimbang 7,04% dan tingkat imbalan diskonto. Kemudian, seri PBS006mengalami permintaan Rp 1,3 triliun dengan Imbal hasil terendah 8,63% dan Imbal hasil tertinggi yang masuk 10,13% serta diserap Rp 420 miliar.

Sementara untuk seri PBS009 mengalami permintaan Rp 920 miliar dengan Imbal hasil terendah 8,44% dan Imbal hasil tertinggi yang masuk 9,66% serta diserap Rp 430 miliar. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*