Sanksi Iran Dicabut, Harga Minyak Brent Jatuh

INILAHCOM. Singapura — Harga minyak jatuh dan mencapai titik terendah sejak 2003, dua hari setelah AS dan Uni Eropa mencabut sanksi ekonomi terhadap Iran.

Badan Pengawas Nuklir PBB, Sabtu (16/1), mengatakan Iran memenuhi komitmennya mengurangi program nuklir. Sehari kemudian, Iran — anggota Organsiasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) — mengatakan siap mengkespor minyak 500 ribu barel per hari.

Analis Barclays mengatakan ekspor minyak Iran datang pada saat yang buruk, yaitu saat surplus global yang kronis. Setiap hari minyak mentah dilempar ke pasar, yang membuat harga turun 75 persen sejak pertengahan 2014, dan lebih dari seperempat sejak awal 2016.

Kekhawatiran Iran kembali ke pasar minyak dimulai dengan anjloknya harga minyak Laut Utara, atau Brent, menjadi 27,67 dolar AS per barel pada Senin (18/1), atau terendah sejak 2003.

Harga patokan 28,55 dolar AS per barel pada 05:23 GMT juga turun lebih dari satu persen dibanding Jumat.

Minyak mentah AS juga turun 38 sen menjadi 29,04 dolar AS per barel, dan tidak jauh dari harga terendah tahun 2003 yang 28,36 dolar AS per barel.

Pedagang dan analis mengatakan penurunan hari ini lebih disebabkan kneejerk reaction, atau reaksi membabi buta akibat peristiwa sensitif. Padahal, ambisi Iran mengekspor minyak 500 ribu barel per hari sangat tidak realistis.

“Jika Anda melacak retorika Iran selama 12 sampai 18 bulan terakhir, pejabat negeri itu memproyeksikan kenaikan satu juga barel per hari segera setelah sanksi dicabut,” kata Virendra Chauhan, analis Energy Aspects.

Iran butuh waktu untuk menghidupkan kembali infrastruktur ekspor minyak, yang menderita kekurangan investasi.

Namun, anggota OPEC punya selusin super tanker yang siap membanjiri pasar dengan minyak. Itulah yang membuat pedagang yakin harga akan terus turun.


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*