Saham Tokyo turun empat persen lebih

Tokyo (ANTARA News) – Saham-saham Tokyo turun empat persen lebih pada awal perdagangan Selasa, bergabung dengan aksi jual global saat penguatan yen menekan para eksportir dan setelah harga minyak merosot lagi akibat kekhawatiran pelambatan ekonomi di seluruh dunia.

Saham-saham dan komoditas-komoditas telah turun ke posisi awal yang mengerikan pada 2016, mencerminkan peningkatan prospek suram dari para pembuat kebijakan, terutama untuk ekonomi nomor dua dan pendorong utama pertumbuhan dunia, Tiongkok.

Indeks acuan Nikkei 225 tergelincir kembali ke wilayah bearish pada Selasa, turun 20 persen dari titik tinggi pada Juni, turun 4,18 persen atau 711,29 poin menjadi 16.293,01 pada pembukaan perdagangan.

Indeks Topix dari seluruh saham papan utama merosot 4,21 persen atau 58,18 poin menjadi diperdagangkan pada 1.322,23.

“Yen naik sementara imbal hasil surat utang negara AS jatuh dan harga emas naik. Pada dasarnya itu menunjukkan sentimen pasar menghindari risiko,” Toshihiko Matsuno, kepala analis di SMBC Friend Securities, mengatakan kepada Bloomberg News.

“Proyeksi pertumbuhan global OECD tidak terlihat terlalu baik, masalah-masalah muncul kembali di Yunani — ada sejumlah faktor,” tambah Matsuno.

“Dengan meningkatnya kekhawatiran pelambatan dalam inflasi di AS, sentimen pasar juga terguncang.”

Pasar ekuitas AS dan Eropa mengalami sesi sulit pada Senin akibat kekhawatiran pelambatan ekonomi global menekan dengan sangat keras khususnya pada saham-saham finansial.

Di Wall Street, Dow ditutup turun 1,10 persen sedangkan S&P 500 kehilangan 1,42 persen dan Nasdaq turun 1,82 persen.

Di Eropa, London, Paris dan Frankfurt, semua indeks berakhir turun lebih dari 2,5 persen dengan indeks DAX Jerman berakhir di bawah 9.000 untuk pertama kalinya sejak Oktober 2014.

Di pasar valas, dolar jatuh ke 115,50 yen dari 115,84 yen pada Senin di New York.

Mata uang Jepang, perlindungan tradisional saat terjadi gejolak pasar, naik setinggi 115,18 di perdagangan Amerika Serikat, tingkat tertinggi terhadap dolar sejak November 2014.

Penguatan yen memperlemah keuntungan para eksportir dan cenderung mengurangi permintaan atas saham mereka, demikian seperti dilansir kantor berita AFP. (Uu.A026)

Editor: Maryati

COPYRIGHT © ANTARA 2016


Distribusi: ANTARA News – Ekonomi – Bursa

Speak Your Mind

*

*