Saham tetap menjadi pilihan utama

JAKARTA. Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, resmi menghentikan program stimulus alias quantitative easing (QE). Ada baiknya para investor pasang radar. Kebijakan ini bisa memicu keluarnya dana asing dari pasar modal domestik. Investor harus menerapkan strategi investasi yang tepat.

Chief Investment Officer PT Eastspring Investment Indonesia Ari Pitojo mengatakan, langkah The Fed yang dikenal sebagai tapering off ini sebenarnya telah diprediksi jauh-jauh hari. Ia justru menyambut positif kebijakan tersebut. Dengan tapering off, pelaku pasar sedikit mendapat kepastian. Selanjutnya tinggal menunggu kapan suku bunga The Fed naik.

Direktur Investa Saran Mandiri, Hans Kwee sependapat. “Terlihat investor yang mulai mengurangi porsi investasi mereka di emerging market pada 2013 lalu,” kata Hans. Sejatinya, investor tak perlu terlalu khawatir. Hans mengatakan, selama program QE yang berlangsung sejak tahun 2008, AS menggelontorkan US$ 4,48 triliun. Artinya, saat ini amunisi dollar AS di pasar masih melimpah. The Fed berusaha menarik dana itu dengan menaikkan bunga.

Ari menyarankan, investor wait and see menunggu kebijakan kenaikan suku bunga The Fed dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Sarannya, mayoritas aset tetap ditempatkan di saham. Menurut dia, gerak cepat pemerintahan Joko Widodo mampu meningkatkan kepercayaan diri investor.

Hans juga menilai, pasar saham masih menarik. Kenaikan harga BBM berdampak positif. Tapi ada risiko defisit neraca berjalan. Jadi sebaiknya investor juga menempatkan aset di pasar uang 40%.

Chief Investment Officer PT CIMB Principal Asset Management Cholis Baidowi bilang, investor bisa mengincar saham sektor infrastruktur dan telekomunikasi. Setelah BBM naik, bisa beralih ke sektor agresif, seperti perbankan, properti dan otomotif.

Sedangkan Direktur Utama BNI Asset Management Reita Farianti merekomendasikan, investor masuk ke reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap setelah harga BBM naik. Ia tidak merekomendasikan emas. Pelemahan ekonomi global memicu harga komoditas turun.

Di sisi lain, Head of Operation and Business Development Panin Asset Management Rudiyanto menyarankan, investor berinvestasi sesuai tujuan keuangan. “Mengganti strategi investasi setiap ada kejadian menyebabkan investor menjadi spekulator,” kata Rudiyanto.

Editor: Barratut Taqiyyah


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*