Rusia serang ISIS, harga minyak naik

JAKARTA. Ketegangan politik yang terjadi di Timur Tengah menjaga peluang kenaikan harga minyak mentah. Meski demikian, masih ada ancaman koreksi, seiring stok di Amerika Serikat (AS) cukup tinggi. 

Mengutip Bloomberg, Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex untuk pengiriman November pada Jumat (2/10) di posisi US$ 45,54 per barel, menguat 1,79% dari hari sebelumnya. 

Sedangkan Brent Crude di pasar ICE, London, naik 0,92% menjadi US$ 48,13 per barel.

Harga bertahan di kisaran US$ 45 sebarel selama empat pekan, setelah tumbang ke level terendah enam tahun pada Agustus lalu. Kala itu, minyak tergelincir ke posisi US$ 38,93 sebarel. Sementara sepanjang tahun ini, harga minyak sudah tergerus sebanyak 22,81%. 

Tonny Mariano, Analis Esandar Arthamas Berjangka, mengatakan, sebulan terakhir, harga minyak bergulir dalam kisaran sempit. Pemicunya, terjadi tarik menarik sentimen positif dan negatif. 

Research and Analyst Monex Investindo Futures Yulia Safrina menilai, sentimen positif harga minyak mencuat setelah data manufaktur China menunjukkan perbaikan.

Indikator ekonomi Paman Sam juga cukup solid. Hal ini membuka harapan permintaan minyak di pasar global bakal terkerek. Selain itu, Amerika Serikat dan anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) mulai mengurangi produksi minyak. 

Efeknya, pasar berspekulasi suplai bakal surut. Produksi harian OPEC pada bulan ini berkurang 233.000 barel menjadi 32,04 juta barel. Bulan lalu, produksi harian juga sudah dipangkas sebanyak 0,7% jadi 32,28 barel. 

“Apalagi, kabar terbaru, kisruh di Suriah memicu kekhawatiran produksi dan distribusi minyak di kawasan Timur Tengah akan terganggu,” papar Yulia. 

Ketegangan di Timur Tengah meningkat setelah Rusia melancarkan serangan udara ke Suriah dengan target menghancurkan Negara Islam Irak dan Suriah alias ISIS. Serangan ini justru memicu risiko perselisihan antara Rusia dan AS. Keduanya berbagi batas wilayah udara pengeboman. 

Kata Yulia, selama kisruh terus berlanjut, peluang rebound harga minyak bakal terjaga. Ia melihat, tidak menutup kemungkinan harga kembali ke atas level US$ 50 per barel. 

Namun Yulia mengingatkan, sentimen positif tersebut perlu didukung fundamental agar bisa bertahan lama. Misalnya penurunan cadangan minyak di pasar global. Tapi, stok minyak Paman Sam per pekan lalu masih 100 juta barel di atas rata-rata lima tahunan. “Jadi penting melihat sejauh apa pengurangan operasional rig pengeboran minyak AS,” katanya. 

Menurut Tonny, tekanan koreksi harga minyak masih cukup tinggi. Ia mengacu pada jumlah produksi dan stok minyak global yang masih melimpah. “Apalagi ada tambahan pasokan dari Rusia,” ujarnya. 

Departemen Energi Rusia melaporkan, produksi minyak Rusia periode Januari-September 2015 mencapai 10,74 juta barel sehari, naik 1% dibanding periode yang sama tahun lalu. Ini level tertinggi dalam empat bulan terakhir. 

Masih bisa naik 

Kata Deddy, pergerakan harga minyak pada jangka pendek juga akan disetir data sektor tenaga kerja AS. Jumat (2/10) malam, Paman Sam merilis data penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian dan tingkat pengangguran per September. 

Prediksi Deddy, hingga pekan depan, minyak WTI bakal bergulir antara US$ 43 hingga US$ 47 per barel. Mayoritas analis yang disurvei Bloomberg masih melihat tren bullish harga minyak pada pekan depan. Sebagian kecil masih melihat pergerakan yang stagnan. 

Sedangkan, Yulia menilai, pergerakan harga akan dipengaruhi seberapa besar dampak kisruh di Suriah terhadap distrbusi minyak. “Sulit mengharapkan harga melonjak apabila dollar masih kokoh. Dollar melemahkan daya beli investor,” ungkapnya. 

Ia menduga, sampai pekan depan, harga WTI di kisaran US$ 43,60 hingga US$ 47,85 sebarel. n Ko Paragraf 1 w t i S asalnya terjadi , untuk Paragraf 2 Sub judul p US$ 47 per barel. Oleh karena itu Yulia menduga harga sepekan ke depan bergulir di kisaran US$ 43,60 – US$ 47,85 per barel. Tidak jauh berbeda, Tonny memperkirakan harga bisa bergerak di antara US$ 43,00 – US$ 47,00 per barel.

Editor: Sanny Cicilia.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*