Rupiah Undervalued Momentum Perbaikan Iklim Usaha

INILAHCOM, Jakarta – Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sudah “undervalued” dapat menjadi momentum untuk perbaikan iklim berusaha serta bermanfaat meningkatkan kinerja sektor investasi.

“Rupiah kalau kita bandingkan dengan ‘currency’ mitra utama kita ada di posisi ‘slightly undervalued’. Ini mencerminkan kita punya iklim usaha yang memungkinkan daya saing. Tapi infrastruktur harus diperbaiki, untuk menunjang realisasi investasi,” katanya di Jakarta, Rabu (22/7/2015).

Agus mengakui berdasarkan Real Effective Exchange Rate (REER) nilai rupiah sedikit “undervalued” pada kisaran Rp100 per dolar AS, namun hal ini bukan sesuatu yang mengkhawatirkan apabila upaya pembenahan struktural terus dilakukan pemerintah.

Ia menambahkan, untuk mengatasi pelemahan rupiah yang saat ini sedang terjadi, perbaikan fundamental dan meneruskan upaya reformasi struktural bisa terus dilakukan, agar rupiah tetap bisa memberikan dampak positif terhadap kinerja ekonomi.

“Minat ekspor harus ditingkatkan meski harga komoditas cenderung menurun. Kalau kita bisa melanjutkan reformasi struktural di pemerintah pusat dan daerah, BI tentu bisa mendukung dalam pendalaman pasar keuangan,” katanya.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menambahkan nilai rupiah sudah dalam keadaan “undervalued” sejak isu normalisasi kebijakan moneter di AS berhembus pada 2013. Namun, ia memastikan, BI akan selalu ada untuk menjaga pergerakan rupiah.

Menurut dia, tren global yang ada saat ini adalah penguatan dolar AS terhadap mata uang negara berkembang lainnya termasuk Indonesia, dan tekanan eksternal inilah yang menjadi salah satu penyebab perlemahan rupiah sejak tahun lalu.

“Fundamental dalam defisit neraca transaksi berjalan menguat, tapi ada tekanan penguatan dolar di seluruh dunia terhadap semua mata uang. Jadi ini yang membuat investor belum ‘recognize’ dengan perbaikan neraca transaksi berjalan,” kata Mirza.

Sementara, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, bergerak melemah sebesar 14 poin menjadi Rp13.349 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.335 per dolar AS.

“Nilai tukar rupiah bergerak melemah terhadap dolar AS di tengah minimnya volume transaksi dan sentimen positif pascaliburan Hari Raya Idulfitri 1436 Hijriah,” kata pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova.

Menurut dia, koreksi nilai tukar domestik itu menyusul aksi pelaku pasar uang di dalam negeri yang masih cenderung melepas aset instrumen mata uang rupiah seiring minimnya realisasi penyerapan anggaran belanja modal di sepanjang semester pertama tahun ini.

“Minimnya penyerapan belanja modal membuat konsumsi domestik menjadi turun sehingga laju ekonomi Indonesia relatif mendatar,” katanya.

Ke depan, dia mengharapkan penyerapan anggaran belanja modal pada semester kedua 2015 lebih baik daripada sebelumnya sehingga dapat mendongkrak daya beli masyarakat yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.

Dari eksternal, lanjut Rully, belum adanya kepastian bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) untuk menaikkan suku bunganya (Fed fund rate) masih menjadi salah satu penahan bagi nilai tukar rupiah untuk bergerak menguat.

“Ketidakpastian the Fed terkait kenaikan suku bunga telah menyandera laju mata uang rupiah untuk bergerak menguat sejak 2014,” ujarnya. [tar]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*