Rupiah Tiarap Jelang Putusan Stimulus AS

Rupiah Tiarap Jelang Putusan Stimulus AS

INILAH.COM, Jakarta – Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah melemah 0,41% ke level 12.177. Pasar yang mengantisipasi putusan pengurangan stimulus The Fed pada FOMC pekan depan jadi salah satu pemicunya.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia, dalam sepekan terakhir, rupiah melemah 50 poin (0,41%) ke posisi 12.177 pada 24 Januari 2014 dibandingkan akhir pekan sebelumnya di level 12.127 pada 17 Januari 2014.

Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities mengatakan, laju nilai tukar rupiah berbalik melemah sepanjang pekan kemarin. “Imbas pemberitaan di mana rupiah diprediksi menguat tahun ini oleh lembaga Llyods Banking Group Plc. di awal pekan memberikan sentimen positif bagi laju rupiah,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Minggu (26/1/2014)

Di sisi lain, lanjut dia, laju dolar AS juga masih menunjukkan penguatan seiring dengan spekulasi The Fed yang masih mempertahankan kebijakan pengurangan stimulus. “Adanya pelemahan sejumlah indeks saham Asia membuat nilai yuan China menguat,” ujarnya.

Begitupun dengan dolar Australia yang terapresiasi setelah merespons rilis data pertumbuhan China di atas estimasi. “Lalu Poundsterling turut terapresiasi setelah rilis laporan kenaikan indeks harga perumahan,” papar dia.

Sentimen-sentimen positif tersebut, kata dia, mampu mengimbangi apresiasi dolar AS sehingga laju rupiah pun dapat memanfaatkannya untuk menguat.

Namun demikian, lanjut dia, harapan kenaikan lanjutan atas rupiah kembali sirna setelah kembali berhembusnya pemberitaan akan pengurangan stimulus The Fed yang nantinya tidak hanya mengurangi pembelian obligasi senilai Rp10 miliar melainkan Rp20 miliar. “Angka ini lebih besar dari ekspektasi pelaku pasar,” tuturnya.

Di sisi lain, pelemahan rupiah sedikit terbatas karena diimbangi dengan kabar aksi People’s Bank of China (PBoC) yang menginjeksi tambahan likuiditas pada sistem keuangan China dan kenaikan realisasi investasi dalam negeri 2013 sebesar 2,1% mencapai Rp398,6 triliun.

Rupiah kembali melemah seiring terdepresiasinya sejumlah mata uang regional setelah merespon rumor The Fed tersebut. “Kondisi itu diperparah oleh kembali turunnya poundsterling setelah keputusan Bank of England (BoE) yang belum akan menaikkan suku bunga acuannya,” tuturnya.

Belum lagi, dengan rendahnya nilai tukar dolar Australia setelah rilis kenaikan harga konsumer yang lebih cepat dari perkiraan. Begitu juga dengan turunnya yen Jepang setelah diadakannya pertemuan Bank of Japan (BoJ).

Rupiah juga mendapat tekanan negatif dari adanya penilaian negatif terhadap emas dari Morgan Stanley sehingga laju dolar AS terus terapresiasi. “Melemahnya Baht yang merespons terganggunya aktivitas bisnis di Thailand karena kerusuhan politik; dan turunnya Yuan China yang merespon pelemahan indeks manufakturnya jadi tekanan negatif,” papar dia.

Di sisi lain, laju pelemahan rupiah dapat diimbangi dengan penguatan nilai tukar euro setelah merespons kenaikan indeks manufaktur dan service PMI Perancis. “Laju Rupiah berada di bawah support Rp12.134,” imbuhnya. [jin]


Sumber: http://www.inilah.com/rss/feed/pasarmodal/

Speak Your Mind

*

*