Rupiah Terus Melemah, Masyarakat Dihimbau Tak Terlalu Panik

TRIBUNJOGJA.COM – Deputi Bidang Koordinasi Fiskal dan Moneter Kementerian Koordinator Perekonomian, Bobby Hamzah Rafinus melihat melorotnya nilai tukar mata uang Garuda yang pada perdagangan hari ini menembus Rp 13.200 per dollar AS adalah hal yang wajar. Pelemahan nilai tukar mata uang juga dialami sepekan terakhir hampir oleh 20 negara-negara di dunia akibat membaiknya perekonomian Amerika Serikat.

“Amerika Serikat mulai membaik, target pengurangan pengangguran tercapai. Saya ibaratkan, AS ini raksasa yang tadinya tidur, sekarang mulai bergerak. Kan kalau raksasa bergerak, wajar ada goncangan di sekitar,” kata dia ditemui di sela-sela Microfinance Forum 2015 di Jakarta, Rabu (11/3/2015).

Bobby bilang, pemerintah dalam hal ini Kemenko Bidang Perekonomian dan Kemeterian Keuangan telah mengimbau masyarakat untuk tidak perlu panik. Kondisi ini, sambung dia, adalah konsekuensi dari semakin terbukanya hubungan keuangan antar negara. Daripada panik, kata dia, lebih baik pelemahan rupiah ini dilihat sebagai peluang untuk meningkatkan ekpsor.

“Jangan terlampau terpaku pergerakan nilai tukar. Kaya IHSG saja, bisa naik-turun, tergantung persepsi pelaku pasar,” imbuh dia.

Kendati menyatakan hal tersebut, Bobby menampik jika pemerintah sengaja melakukan pembiaran atas depresiasi nilai tukar mata uang Garuda. Dia meyakinkan bahwa Bank Indonesia akan hadir menjaga rupiah.

“Kalau kemudian masyarakart berbondong-bondong membeli dollar AS, artinya masyarakat sudah mulai menggunakan level dollar sebagai bentuk mengamankan asetnya. BI pasti langsung turun agar rupiah tak merosot lebih jauh,” kata Bobby.

Sebelumnya Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, pelemahan rupiah tidak membahayakan bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Malah, kata dia, tiap melemah Rp 100 per dollar AS, hal tersebut justru memberikan tambahan anggaran sebesar Rp 2,3 triliun.

Informasi saja, sekitar pukul 12.00 WIB, mata uang Garuda terpuruk ke posisi Rp 13.238 per dollar AS. Posisi terendah pasca krisis moneter tahun 1998 silam. (*)


Distribusi: Tribun Jogja

Speak Your Mind

*

*