Rupiah terseret antisipasi Payroll AS

JAKARTA. Meski sepekan ini rupiah mendulang penguatan, namun akhir pekan harus ditutup dengan pelemahan. Antisipasi data tenaga kerja Amerika Serikat merontokkan kekuatan dalam negeri yang menyokong nilai mata uang Garuda.

Di pasar spot, Jumat (6/11) posisi rupiah merosot 0,16% ke level Rp 13.564 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Berbeda, di kurs tengah Bank Indonesia rupiah masih mendulang kekuatan 0,38% di level Rp 13.550 per dollar AS.

Sri Wahyudi, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures menjelaskan antisipasi terhadap data tenaga kerja Amerika Serikat menguntungkan USD. Apalagi prediksinya data ini positif, maka pelaku pasar memilih untuk mengumpulkan USD daripada di aset berisiko seperti rupiah.

“Data tenaga kerja ini dilihat sebagai sinyal penting langkah The Fed pada Desember 2015 mendatang,” kata Wahyudi.

Adapun prediksinya upah tenaga kerja AS Oktober 2015 naik dari 0,0% ke 0,2%, lalu non farm payroll AS Oktober 2015 naik dari 142 ribu menjadi 181 ribu serta tingkat pengangguran Oktober 2015 turun ke posisi 5,0% dari sebelumnya 5,1%.

Semua data tersebut positif dan mengamini pernyataan Gubernur The Fed, Janet Yellen akan peluang The Fed yang semakin besar menaikkan suku bunga di akhir tahun.

Dari survei kenaikan suku bunga memang peluang The Fed sudah semakin besar yakni naik dari 50% di Senin (2/11) lalu menjadi 56% di akhir pekan ini. “Padahal dari sisi dalam negeri terhitung positif dan bisa mendongkrak rupiah,” kata Wahyudi.

Badan Pusat Statistik melaporkan Kamis (5/11) PDB kuartal tiga 2015 Indonesia naik menjadi 4,73% dari sebelumnya di kuartal dua sebesar 4,67% serta kuartal satu yakni 4,72%.

Ini menambah daftar panjang data domestik yang positif. “Hanya saja memang saat ini fokus pasar terpusat ke The Fed dan USD,” tambah Wahyudi. Sehingga membuat rupiah terseret. 


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*