Rupiah Terperangkap Pelemahan Harga Komoditas

INILAHCOM, Jakarta- Rupiah berada dalam tekanan negatif sepekan terakhir seiring pelemahan harga komoditas akibat perlambatan ekonomi Tiongkok. Kondisi itu diperparah oleh hasil rapat the Fed yang menguntungkan dolar AS.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia (BI) dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah melemah 33 poin (0,24%) ke posisi 13.481 pada pekan yang berakhir Jumat (31/7/2015) dibandingkan akhir pekan sebelumnya di angka 13.448 per Jumat (24/7/2015).

Pelemahan rupiah masih berlanjut seminggu pascalibur Lebaran. “Belum adanya sentimen positif terhadap rupiah membuat pergerakannya cenderung masih bertahan di zona merah. Pelaku pasar pun enggan mentransaksikan rupiah sehingga lajunya cenderung kian tertekan,” kata Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) kepada INILAHCOM di Jakarta, Minggu (2/8/2015).

Apalagi, lanjut dia, pelemahan ini masih sama penyebabnya yaitu terkena sentimen pelemahan tidak langsung dari harga-harga komoditas. “Maraknya pemberitaan mengenai ekonomi Tiongkok yang berpotensi terkoreksi di kuartal II-2015 telah membuat harga-harga komoditas terus melemah,” ujarnya.

Pelemahan tersebut tentu saja dimanfaatkan oleh dolar AS untuk berbalik menguat. “Akibatnya, sejumlah mata uang Asia pun tergilas dengan penguatan dolar AS termasuk Rupiah,” ucapnya.

Pelemahan pada mata uang Asia, terutama yuan yang berimbas pada won, yen, dan lainnya seiring dengan perkiraan akan melambatnya perekonomian memberikan imbas negatif pada rupiah.”Akibatnya sejumlah mata uang Asia pun tergilas dengan penguatan dolar AS termasuk rupiah,” ungkap dia.

Di hari lainnya, sentimen positif dari otoritas pasar dan pemerintah Tiongkok yang kembali menegaskan tekadnya untuk menstabilkan volatilitas pasar ekuitas cukup membantu penguatan yuanyang berimbas positif pada rupiah. “Penguatan rupiah ini juga turut didukung dengan sempat melemahnya dolar AS jelang pertemuan the Federal Open Market Committee (FOMC),” papar dia.

Pelaku pasar melihat kemungkinan The Fed menaikan suku bunganya di September masih belum jelas seiring belum sepenuhnya membaik kondisi ekonomi AS.”Tidak hanya itu, lelang Sukuk yang cukup banyak diminati turut memberikan sentimen positif pada rupiah,” tuturunya.

Kondisi penguatan rupiah ini mampu melampaui kekhawatiran akan masih berlanutnya pelemahan. “Tidak jauh berbeda dengan IHSG di mana kami berharap pergerakan Rupiah dapat menguat namun, juga mengkhawatirkan adanya potensi pelemahan seiring hasil pertemuan The Fed yang memberikan kesempatan bagi dolar AS untuk dapat menguat,” ucapnya.

Masih tetap positifnya pandangan The Fed terhadap perekonomian AS yang sedang berjalan menuju pemulihannya memberikan peluang bagi The Fed untuk dapat menaikan suku bunganya pada September.

Tentu saja kondisi ini akan direspons positif oleh dolar AS dan rupiah pun kembali tergilas. Laju rupiah terus bergerak ke bawah dan mendekati target support13.550. “Rupiah berpeluang melaju dalam kisaran support-resisten 13.565-13.505mengacu pada kurs tengah BI,” imbuhnya. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*