Rupiah Terendah Sejak Agustus 1998, Menko Sofyan: Akibat Kebijakan Masa Lalu

Jakarta -Anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini dinilai akibat kebijakan-kebijakan pemerintahan masa sebelumnya. Lambatnya pengambilan kebijakan di masa lalu memberi efek negatif kepada jalannya pemerintahan saat ini.

“Ini sebenarnya residual dari kebijakan-kebijakan yang tidak dilakukan, atau akibat kebijakan masa lalu,” kata Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Sofyan Djalil di kantor Wakil Presiden (Wapres), Jakarta Pusat, Senin (15/12/2014).

Maka dari itu, kata Sofyan, pemerintah akan menelurkan kebijakan-kebijakan baru yang diharapkan bisa memperbaiki fundamental ekonomi Indonesia ke depan sekaligus memperkuat nillai tukar rupiah.

“Mudah-mudahan tahun depan kita perbaiki defisit perdagangan, maka rupiah akan terefleksi dari perbaikan-perbaikan yang kita lakukan,” ucapnya.

Beberapa perbaikan yang akan dilakukan pemerintah, lanjut Sofyan, antara lain mengurangi defisit perdagangan, menaikkan ekspor dan mengurangi impor. Selain itu, pemerintah juga sudah mengalihkan subsidi BBM dari arah nonproduktif ke produktif.

“Dalam jangka menengah, kita lihat lagi industri manufaktur kita. Sekarang Anda tahu, manufaktur kita tumbuhnya negatif. Akibatnya segala sesuatu hampir semua kita impor, berbagai komponen. Tetapi dengan mata uang rupiah melemah, sebenarnya juga kesempatan bagi industri kita untuk meningkatkan ekspor,” ujarnya.

Hari ini, dolar AS mencapai posisi tertingginya di titik Rp 12.695 sekitar tengah hari tadi. Posisi tertinggi dolar AS itu merupakan yang terkuat sejak Agustus 1998, yaitu setelah krisis moneter melanda Tanah Air.

(ang/dnl)


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*