Rupiah Tembus 13.200 per Dolar AS, Bagaimana Uang Regional?

Uang pecahan dolar AS yang akan ditukar di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, 2 Februari 2015. Mata uang rupiah ditutup turun 0,11 persen di level Rp. 12.686 per dolar AS setelah sempat ditransaksikan di atas Rp. 12.700 per dolar AS. ANTARA FOTO/Wahyu Putro

TEMPO.CO, Jakarta – Nilai tukar rupiah di transaksi pasar valuta asing pagi ini, Kamis, 12 Maret 2015, belum berhasil keluar dari tekanan. Kurs rupiah terhadap dolar AS melemah 25,5 poin ke level 13.217 per dolar AS. Pada penutupan pasar kemarin, rupiah berada pada posisi 13.192 per dolar AS dan sempat menyentuh level terendah di posisi 13.245 per dolar AS.

Rupiah tidak sendirian. Mata uang regional lain juga mengalami hal serupa akibat menguatnya dolar AS, seperti won Korea Selatan yang melemah 6 poin ke posisi 1.132 per dolar AS dan baht Thailand melemah 0,08 poin ke 32,93 per dolar AS. Sebaliknya, peso Filipina menguat 0,05 poin ke posisi 44,3 per dolar AS. Pelemahan juga dialami mata uang negara-negara Eropa.

Menurut analis dari Bank Mandiri, Reny Eka Putri, kemarin, terjadi lonjakan permintaan dolar, sehingga mata uang tersebut kembali menguat tajam. Data perekonomian AS yang kembali positif menyebabkan sebagian investor kian yakin suku bunga bank sentral AS (The Fed) bakal naik dalam waktu dekat.

“Publikasi positif data ekonomi AS menambah kuat kepercayaan pelaku pasar soal kenaikan Fed Rate,” ujarnya. Di dalam negeri, ada sentimen negatif lain, yakni survei McKenzie yang menyatakan ekspektasi investor asing atas kurs rupiah berada di level 13.500-14.000 per dolar AS. Spekulasi tersebut mendorong peningkatan permintaan dolar.

Pada hari ini, rupiah diperkirakan masih melemah di level 13.100-13.250 per dolar AS. Bank Indonesia, yang disinyalir belum akan melakukan intervensi secara maksimal, menambah kuat arah pelemahan rupiah. “Sebelum menyentuh level psikologis baru 13.500 per dolar, BI kelihatannya masih akan cenderung membiarkan rupiah mengikuti mekanisme pasar,” tutur Reny.

EFRI RITONGA | MEGEL JEKSON