Rupiah Sempat Anjlok, Mendag: Banyak yang Libur Butuh Mata Uang Asing

Jakarta -Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pekan lalu sempat melemah cukup dalam. Dolar AS sempat menyentuh level Rp 13.000, tertinggi sejak Agustus 1998.

Namun, kini tekanan terhadap rupiah mulai mereda. Mengutip data Reuters, saat ini dolar AS diperdagangkan di posisi Rp 12.475. Melemah dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu di Rp 12.490.

“Rupiah kan paling besar pergerakannya tahun ini. Banyak perusahaan yang bayar utangnya, atau banyak yang berlibur yang membutuhkan mata uang asing,” kata Rachmmat Gobel, kala ditemui di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Senin (22/12/2014).

Oleh karena itu, Gobel memperkirakan tekanan terhadap rupiah hanya sementara. Rupiah akan kembali menguat pada tahun depan.

“Saya kira tahun depan ini akan kembali normal,” ujarnya.

Sementara itu, riset First Asia Capital menyebutkan, sepanjang pekan lalu rupiah melemah 0,6%. Pekan lalu, pergerakan pasar lebih banyak terimbas faktor global, seperti krisis ruble di Rusia, anjloknya harga minyak mentah, dan kekhawatiran kenaikan tingkat bunga bank sentral AS The Federal Reserves/The Fed.

“Namun seiring membaiknya kondisi pasar global pasca keputusan The Fed yang belum akan menaikkan tingkat bunganya dalam waktu dekat membuat rupiah kembali menguat,” sebut riset itu.

(hds/dnl)


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*