Rupiah Menguat ke Posisi Rp 13.847/USD

shadow

Benzano – Laju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Kamis (28/1) sore menguat 29 poin menjadi Rp 13.847 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.876 per dolar AS. Faktor eksternal cukup dominan dalam menopang laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada hari ini (28/1). 

Faktor harga minyak mentah dunia yang kembali bergerak menguat memberi harapan pada mata uang di negara-negara penghasil komoditas, termasuk Indonesia. Diharapkan, harga komoditas kembali pulih sehingga dapat mendukung penerimaan fiskal.  Harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Kamis (28/1) sore ini, terpantau berada di level USD 32,35 per barel, menguat 0,15%. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi USD  33,24 per barel, naik 0,42%.

Selain itu,  bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang menahan kenaikan suku bunganya pada Januari tahun ini mendorong minat pelaku pasar untuk kembali masuk ke aset mata uang berisiko.  The Fed diperkirakan menaikan suku bunganya pada Maret 2016 nanti.  Dari dalam negeri, ia menilai sentimennya cenderung masih netral.  Pelaku pasar masih menanti data realisasi anggaran APBN di awal tahun 2016 ini, serta data inflasi Januari yang sedianya akan dirilis pada februari mendatang.

Pelemahan dolar AS terhadap rupiah diproyeksikan hanya bersifat jangka pendek dikarenakan para investor tidak mungkin terus berharap tingkat suku bunga AS akan tetap dan terus mengharapkan kenaikan harga minyak mentah dunia.  The Fed masih berencana menaikkan suku bunganya secara bertahap pada tahun ini guna membangkitkan kembali perekonomian AS.  Dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis (28/1) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.889 dibandingkan hari sebelumnya (27/1) Rp 13.871.

Harga minyak dunia jatuh per 27 Januari  berada di kisaran USD  30 per barel, bahkan beberapa hari lalu sempat berada di bawah USD  27 per barel, untuk pertama kalinya sejak 2003. Investor merasa khawatir bahwa pasokan minyak mentah kelebihan pasokan bisa bertahan lebih lama.  Seperti dikutip dari Reuters, Kamis (21/1) minyak telah jatuh lebih dari 25% sepanjang tahun ini, atau penurunan paling dalam sejak krisis keuangan. Namun, mereka terus memompa lebih banyak minyak sehingga pasar kelebihan pasokan.

Meski demikian, pemerintah yang pada Desember lalu sudah menurunkan harga BBM beberapa ratus rupiah, sepertinya belum berencana menurunkan harga BBM lagi. padahal, penurunan harga BBM diharapkan sejumlah kalangan bisa menaikkan daya beli masyarakat yang pada akhirnya bisa meningkatkan perekonomian bangsa. [Sugeng R]


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*