Rupiah Menguat ke Posisi Rp 13.084/USD

shadow

Financeroll – Laju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (7/3) sore menguat sebesar 47 poin menjadi Rp 13.084 per dolar AS, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.131 per dolar AS.  Pendorong utama dari kenaikan mata uang rupiah saat ini adalah meningkatnya kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia, sehingga memicu arus modal asing masuk cukup deras sejak Februari tahun ini di saham maupun obligasi negara.

Sejak awal tahun ini hingga awal Maret 2016, arus modal asing masuk ke dalam negeri sekitar Rp 35 triliun, baik di pasar saham maupun surat utang atau obligasi.  Penguatan nilai tukar rupiah juga dipengaruhi oleh kemungkinan ditundanya kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Fed fund rate).  Meski demikian, penguatan mata uang rupiah dalam beberapa hari terakhir ini terlalu singkat, kondisi itu dapat mempengaruhi daya saing kinerja ekspor Indonesia.

Fluktuasi nilai tukar rupiah diharapkan stabil, diperkirakan pergerakan rupiah pada Maret ini berada di kisaran Rp 13.000 – Rp 13.300 per dolar AS. Penurunan upah pekerja di Amerika Serikat meredam pandangan pelaku pasar terhadap bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat.

Sebagai informasi, Departemen Tenaga Kerja AS mencatat rata-rata upah per jam turun tiga sen pada Februari, kalangan analis menilai penurunan upah di AS itu mengindikasikan laju inflasi akan tetap lemah.  Dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp 13.029 dibandingkan hari sebelumnya (4/3) Rp 13.159.  

Bank Indonesia (BI) menyatakan jumlah cadangan devisa hingga akhir Februari 2016 mencapai 104,5 miliar dolar AS atau naik 2,34 persen dibanding posisi Januari 2016 yang sebesar 102,1 miliar dolar AS.  Peningkatan tersebut dipengaruhi penerimaan devisa migas, penarikan pinjaman pemerintah, dan hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) berdenominasi valas. Demikian dijelaskan Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin (7/3).

Peningkatan dan posisi ini jauh melampaui kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi cadangan devisa per akhir Februari 2016 itu cukup untuk membiayai 7,6 bulan impor, atau 7,3 bulan impor, dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Jumlah tersebut berada di atas standar kecukupan internasional yakni cadangan devisa setara dengan kebutuhan tiga bulan impor.

Dengan peningkatan ini, otoritas moneter menilai posisi cadangan devisa mampu mendukung ketahanan dari gejolak sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa waktu ke depan. [Sugeng R]


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*