Rupiah Menguat Bukan Karena Paket Kebijakan

INILAHCOM, Surabaya – Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Aviliani berpendapat bahwa menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bukan karena paket kebijakan bertahap dari pemerintah Indonesia. Penyebab menguatnya rupiah itu lebih karena global.

“Semua mata uang dunia menguat. Jadi masih belum normal lagi, dan ini belum fundamental karena kita ini bisa terus menguat,” ujar dia seusai menghadiri Kongres Ikatan Sarjana EkonomI Indonesia (ISEI) di Surabaya, Rabu (07/10/2015).

Ia menjelaskan paket kebijakan ekonomi dari pemerintah bersifat jangka panjang, sedangkan menguatnya rupiah yang terjadi dalam beberapa hari ini hanya sementara dan berjangka pendek. Oleh karena itu, ia meminta publik mewaspadai penguatan rupiah dalam beberapa hari terakhir, sebab dampaknya bersifat jangka pendek.

“Jangan disikapi dengan senang-senang dulu karena ini masih fluktuatif. Orang yang berfluktuasi dengan jual-beli dolar juga masih ada,” ujar dia.

Ia menyebutkan secara domestik penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar juga menciptakan penguatan mata uang lain di dunia, tidak hanya Indonesia. Selain itu, adanya kebijakan pemangkasan pajak bunga deposito bagi devisa hasil ekspor (DHE) yang tersimpan di bank-bank luar negeri, juga belum menjamin stabilitas nilai tukar rupiah.

“Saat ini memang ada respon terkait dengan DHE pajak 5 persen atau 25 persen yang akan diharapkan dana-dana bisa masuk, tapi itu kan butuh waktu,” kata dia.

Ia menilai pemangkasan DHE harus menyertakan kebijakan lain untuk meningkatkan dana masuk, sepertikegiatan ekspor, sektor pariwisata, maupun sumber-sumber dana lain yang lebih besar, sehingga penguatan rupiah bisa terus stabil.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu (07/10/2015) pagi bergerak menguat sebesar 256 poin menjadi Rp13.985 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp14.241 per dolar AS. [tar]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*