Rupiah melemah menjadi Rp12.184 per dolar

Jakarta (ANTARA News) – Nilai tukar Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, melemah enam poin menjadi Rp12.184 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.178 per dolar AS.

Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova mengatakan penguatan mata uang dolar AS terhadap rupiah cenderung mulai tertahan menyusul kekhawatiran ivestor terhadap ekonomi global dan menigkatnya ketidakpastian waktu kenaikan tingkat suku bunga pertama oleh bank sentral AS (the Fed).

“Sentimen eksternal itu memberi ruang bagi rupiah untuk tidak terkoreksi lebih dalam,” ujarnya.

Dari internal, ia menambahkan, pelaku pasar uang juga masih menanti kepastian susunan kabinet pemerintahan baru mendatang dan kebijakan yang akan direalisasikan dalam jangka pendek.

Menurut dia, pelaku pasar uang di dalam negeri mengharapkan pemerintahan baru nanti dapat merealisasikan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Dengan dinaikkannya harga BBM subsidi itu maka dapat membuat ruang fiskal lebih terbuka.

“Ruang fiskal yang besar dapat mendorong pengembangan infrastruktur, selama ini sektor itu menjadi salah satu faktor pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi tertahan. Kendati demikian, sejauh ini ekonomi Indonesia masih cukup stabil,” katanya.

Rully Nova mengharapkan pemerintahan mendatang dapat lebih mendorong pengembangan sektor infrastruktur agar ekonomi Indonesia memiliki fundamental yang positif sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi investor asing untuk menempatkan dananya di dalam negeri, yang nantinya akan berdampak pada industri investasi.

“Dengan begitu, potensi nilai tukar rupiah masuk ke dalam area positif cukup terbuka,” katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Selasa (14/10) tercatat mata uang rupiah bergerak menjadi Rp12.195 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.202 per dolar AS.

Editor: Heppy Ratna

COPYRIGHT © ANTARA 2014


Distribusi: ANTARA News – Ekonomi – Bursa

Speak Your Mind

*

*