Rupiah Melemah ke Posisi Rp 13.940/USD

shadow

Benzano – Laju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu (6/1) sore, melemah 48 poin menjadi Rp 13.940 per dolar AS dibandingkan dengan posisi sebelumnya Rp 13.892 per dolar AS.  Sentimen eksternal, terutama dari Tiongkok yang belum cukup kondusif menahan mata uang rupiah untuk bergerak di area positif.

Pelaku pasar masih mencemaskan pertumbuhan kondisi ekonomi di Tiongkok yang merupakan salah satu mitra  dagang Indonesia, ekspansi sektor jasa Tiongkok untuk bulan Desember mengalami turun.  Sektor jasa Tiongkok bergerak ke level 50.2 untuk Desember 2015, hasil tersebut berada di bawah periode sebelumnya di 51.2 dan estimasi di level 52.3. Kondisi itu, dikhawatirkan berdampak pada permintaan ekspor produk Indonesia.

Data lainnya yang perlu diperhatikan oleh investor yakni data cadangan minyak mentah AS, serta hasil pertemuan Komisi Pasar Berbas Federal (FOMC) yang sedianya akan dirilis pada pekan ini.  Sementara itu, pelemahan rupiah masih cenderung terbatas menyusul kebijakan pemerintah yang menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM), kebijakan itu dapat memicu konsumsi masyarakat meningkat.

Perekonomian domestik salah satunya ditopang oleh konsumsi masyarakat, kebijakan pemerintah itu akan menjaga fundamental ekonomi domestik secara jangka panjang sehingga ruang penguatan rupiah masih ada.  Dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Rabu (6/1) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp 13.863 dibandingkan Selasa (5/12) di posisi Rp 13.931 per dolar AS.  

Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu (6/1) pagi hingga siang, bergerak menguat sebesar tiga poin menjadi Rp 13.889 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 13.892 per dolar AS.  Pelemahan harga energi di dalam negeri menjadi salah satu faktor pemicu bagi rupiah untuk tetap berada di area positif.

Tekanan mata uang dolar AS terhadap mata uang di kawasan Asia yang cenderung mereda juga menambah faktor positif bagi nilai tukar rupiah melanjutkan penguatan. Meski demikian, secara umum harga komoditas dunia yang belum beranjak naik masih akan menahan laju mata uang rupiah untuk menguat lebih tinggi. Terpantau, harga minyak mentah di New York Mercantile Exchange berada di level 36,04 dolar AS per barel.

Pelaku pasar uang juga masih menanti isu yang berkembang yakni pengumuman “reshuffle” kabinet jilid II, serta laporan realisasi APBN 2016 untuk periode Januari sebagai konfirmasi atas optimisme target pertumbuhan di tahun ini. Mata uang rupiah masih bertahan di area positif seiring dengan pelaku pasar uang yang cukup optimistis terhadap perekonomian domestik, pertumbuhan ekonomi pada 2016 yang sebesar 5,3 persen diproyeksikan tercapai. [Sugeng R]


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*