Rupiah Melemah Jadi Momentum Genjot Ekpor Mebel

Kamis, 03 September 2015 | 13:35 WIB

Pekerja menyelesaikan pembuatan mebel di Manggarai, Jakarta, 23 Juni 2015. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, produksi industri manufaktur kelas menengah besar sektor furnitur dan kerajinan kuartal pertama tahun ini, menurun 4,38% dibandingkan dengan kuartal IV/2014. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.CO, Jakarta – Pelemahan nilai tukar rupiah membawa angin segar bagi pengusaha mebel dan kerajinan Indonesia. Pasalnya, momentum ini bisa dijadikan peluang untuk menggenjot ekspor.

Namun Wakil Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Rudy T. Luwia menilai ekspor produk kayu tetap bisa dilakukan tapi kenaikannya tidak akan cukup signifikan.

Menurut dia, kendati Indonesia berpeluang meningkatkan nilai ekspor akibat pelemahan nilai tukar rupiah, Cina dan Vietnam juga melakukan hal sama dengan melakukan devaluasi mata uang untuk menggenjot nilai ekspor.

“Di internal, hambatannya harga bahan baku tinggi. Di eksternal, hambatannya dua negara itu. Jadi pelemahan rupiah ini tidak serta-merta menguntungkan,” katanya, Rabu, 2 September 2015.

Selain itu, pelaku usaha masih terbebani dengan tingginya harga bahan baku dan bahan penolong. Tingginya harga bahan baku karena belum siapnya infrastruktur, terutama di luar Jawa, yang berdampak pada meningkatnya biaya distribusi.

“Seperti kayu akasia, memang di Indonesia ada di Kalimantan. Namun ongkos angkutnya mahal dan akibatnya membebani biaya produksi. Ini karena masalah infrastruktur,” ujarnya.

BISNIS.COM


Distribusi: Tempo.co News Site

Speak Your Mind

*

*