Rupiah Melemah, Ini Peluang bagi Pengusaha Kecil-Menengah

Warga antre untuk menukarkan mata uang asing pada sebuah tempat penukaran mata uang asing di Mall Ambasador, Jakarta, 12 Maret 2015. Melemahnya Rupiah atas Dollar disebabkan banyak hal, seperti tren bertranksaksi dengan Dollar, dan meningkatnya permintaan Dollar. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta -Jebloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS belakangan ini diyakini justru bisa menjadi pendorong bertahannya sektor usaha mikro, kecil, dan menengah. “Dengan syarat, usaha ini bisa memaksimalkan penggunaan bahan baku lokalnya. Apalagi kalau bisa mengolah produk yang unit dan berorientasi ekspor,” ujar ekonom Institute for Development of Economics and Finance, Enny Sri Hartati, 13 Maret 2015.

Enny menjelaskan, kurs rupiah yang merosot hingga menembus level Rp 13.176 per dolar AS seharusnya bisa disiasati oleh para pengusaha kecil dengan tetap berinovasi. “Apalagi sektor UKM terbukti bisa bertahan pada saat krisis puluhan tahun yang lalu,” ujarnya.

Dorongan agar usaha kecil dan menengah tetap berekspansi baik di dalam maupun ke luar negeri juga disuarakan oleh Ketua Komunitas UMKM Daerah Istimewa Yogyakarta, Prasetyo Atmosutidjo. Namun ia juga meminta agar pemerintah ikut membantu kalangan pengusaha tersebut, misalnya, ikut menyiapkan paket insentif bagi eksportir.

“Di negara mana pun saat mata uang melemah, ekspornya melonjak. Sayangnya di Indonesia, yang diperhatikan pemerintah hanya para importirnya,” kata Prasetyo. Kenaikan nilai ekspor saat rupiah kurs anjlok ini dinilai bisa menopang perekonomian industri di Yogyakarta karena sebagian besar di dalamnya hidup dari UMKM.

Sementara itu, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, menyebutkan saat ini jumlah pengusaha hanya ada sekitar 1,6 persen dari jumlah penduduk Indonesia. “Kami berharap jumlah ini bertambah sampai 2 persen,” katanya.

Peningkatan jumlah wiraswasta yang mendorong pembukaan lapangan kerja baru ini, menurut dia, bakal membantu pertumbuhan ekonomi nasional dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Jangan hanya pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi kesejahteraan masyarakat tidak sejalan,” kata Puspayoga.

Adapun Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Budi Gunadi Sadikin, menyatakan pertumbuhan industri di segmen mikro mencapai 33,2 persen sepanjang tahun lalu. Hal ini juga didorong oleh jumlah nasabah kredit mikro yang meningkat sebanyak 119 ribu nasabah. Pada 2014, kredit UMKM yang disalurkan Bank Mandiri tumbuh 13,6 persen menjadi Rp 73,4 triliun.

DEVY ERNIS | P. WICAKSONO | ODELIA S.| TRI ARTINING P. | RR. ARIYANI


Distribusi: Tempo.co News Site

Speak Your Mind

*

*