INILAHCOM, Jakarta – Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat pagi (16/10/2015) melemah 102 poin menjadi Rp 13.520 di bandingkan posisi sebelumnya Rp 13.418 per US$.
“Kenaikan inflasi inti Amerika Serikat bulan September menjadi 1,9 persen (year on year) membangkitkan sentimen dolar AS sehinggga bergerak menguat,” kata Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta.
Kata Rangga, Survei Manufaktur Empire State Oktober 2015 yang diumumkan membaik, juga menjadi salah satu faktor yang mendukung kembalinya sentimen penguatan dolar AS.
Kendati demikian, lanjut Rangga, diluncurkannya paket kebijakan ekonomi jilid IV serta optimisme pernyataan Bank Indonesia (BI) tentang deflasi masih akan terus berlanjut pada Oktober 2015.
Adanya ruang untuk menurunkan suku bunga acuan (BI rate), serta produk domestik bruto pada kuartal III-2015 diprediksi naik menjadi 4,9% (year on year) diharapkan masih menjaga sentimen positif di dalam negeri.
Sementara, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, laju inflasi inti AS yang naik kembali. “Data yang keluar menunjukan kenaikan sebesar 0,2 persen pada indeks inflasi inti AS bulan September, level tersebut mendorong untuk kenaikan pada tingkat tahunan menjadi 1,9 persen dan mendorong inflasi mendekati target Federal Reserve sebesar 2 persen,” papar Ariston.
Data inflasi yang optimis, lanjut Ariston, memberikan dukungan bagi dolar AS untuk kembali menguat yang sebelumnya telah tertekan oleh data ekonomi AS akhir-akhir ini. Prospek kenaikan suku bunga Fed pada tahun ini juga kembali terbuka. [tar]
—
Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal
Speak Your Mind